Buntet Pesantren Gelar Simposium Internasional Pendidikan, Inilah Tujuannya

Selasa 06-12-2022,23:15 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Moh Junaedi

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren menggelar Simposium Internasional.

Simposium tersebut bertema "Sumbangsih Buntet Pesantren terhadap Pendidikan Nasional".

Kegiatan tersebut digelar digelar di GOR Mbah Muqoyyim Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat pada Selasa 6 Desember 2022.

BACA JUGA:Sikap Ferdy Sambo Tegas: Tidak Ada Motif Perselingkuhan

Kegiatan ini menghadirkan lima narasumber, yaitu Prof Nadirsyah Hosen, Guru Besar Monash University, Melbourne, Australia.

Kemudian, Prof Mohammad Ali, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Selanjutnya, Prof Jajang Jahroni, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2

Lalu, KH Fahad Achmad Sadat, Ketua Bidang Pendidikan YLPI Buntet Pesantren.

BACA JUGA:Jampe 2022 Tuntas, Satgas Citarum Ajak Masyarakat dan Komunitas Jadi Penyelamat Lingkungan

Terakhir, M Abdullah Syukri, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Guru Besar Universitas Monash Melbourne Australia Prof Nadirsyah Hosen menegaskan bahwa pesantren menjadi tempat kawah candradimuka untuk mencetak para pendidik dan tokoh bangsa. 

Ia juga menjelaskan, bahwa para kiai memiliki wawasan internasional sejak dahulu. Hal itu diperoleh melalui pertemuan-pertemuan dengan para santri dan ulama lain di masa dahulu saat bertemu di Makkah. 

BACA JUGA:Jampe 2022 Tuntas, Satgas Citarum Ajak Masyarakat dan Komunitas Jadi Penyelamat Lingkungan

Kebolehan umat Islam Indonesia di masa penjajahan untuk melaksanakan haji membuka peluang tersebut untuk membangun kekuatan, saling belajar dan menginspirasi dalam masa perjuangan melawan penjajahan.

“Bukan hanya sekadar ke tanah suci untuk beribadah, tetapi mengaji kepada para masyayikh di tanah suci, bertemu para ulama dan aktivis Islam, terjadi pertukaran gagasan di Makkah akibat pemerintah Belanda mengizinkan para ulama pergi haji,” jelas akademisi yang akrab disapa Gus Nadir itu.

Kategori :