Ekspedisi Batu Naga, Penelusuran Jejak Purba di Kuningan

Jumat 20-12-2013,10:51 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

BELUM lama, sabtu (30/11), sebanyak empat arkeolog Universitas Indonesia (UI) melakukan penelitian terhadap peninggalan manusia prasejarah berupa Batu Naga di pojok Gunung Tilu yang berada di Dusun Banjaran, Desa Jabranti, Kecamatan Karangkancana. Bersama perwakilan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kuningan serta budayawan dibantu warga setempat, penelusuran peninggalan manusia purba tersebut diberi nama Ekspedisi Batu Naga. Penelusuran situs manusia prasejarah tersebut dimulai dengan pendakian Gunung Tilu yang berada di ketinggian 1.384 Mdpl. Tim ekspedisi dipimpin DR Ali Akbar yang juga seorang dosen Arkeologi UI sekaligus ketua umum Masyarakat Arkeologi Indonesia (Mari), mulai melakukan pendakian pukul 07.30 WIB dengan dilepas Kadus Banjaran serta warga setempat. Tak mudah bagi peserta ekspedisi untuk mencapai puncak Gunung Tilu tepat Batu Naga tersebut berada. Mereka harus menerobos hutan belantara yang belum terjamah dengan sekeliling terdapat jurang yang curam dan medan yang lembab dan licin. Tak hanya itu, untuk mencapai lokasi yang dituju, peserta ekspedisi ini harus melewati hutan yang masuk dalam wilayah Brebes dan Cilacap sebelum akhirnya tiba di lokasi Batu Naga. Sekitar pukul 11.30 WIB, tim Ekspedisi Batu Naga tiba di lokasi yang dituju dan langsung melakukan penelitian dan pendataan terhadap peninggalan manusia prasejarah tersebut. Dengan berbekal kompas, alat ukur serta sejumlah perkakas, para peneliti tersebut meneliti setiap batuan yang ada dan goresan-goresan yang dibuat manusia purba. Yang paling mencolok adalah penemuan dua buah menhir. Berupa batu tegak saling berhadapan yang masing-masing terdapat goresan membentuk gambar. Salah satu batu yang memiliki tiga sisi mendapat perhatian khusus para peneliti ini, karena terdapat banyak gambar di setiap sisinya yang jika dibaca searah jarum jam mengandung sebuah cerita. \"Diawali dari sisi yang bergambar naga setengah badan, sepertinya ini menceritakan tentang keberadaan naga yang baru keluar dari alam bawah. Kemudian di satu sisi lainnya seluruh badan naga tersebut telah keluar, namun di sebelahnya terdapat gambar manusia tanpa busana sedang memegang ekor naga tersebut sambil memegang sebuah senjata,\" kata Ali Akbar. Sementara di sisi lain, terdapat banyak komposisi gambar, mulai dari ujung atas hingga ke bawah. Pada puncak batu tersebut terlihat gambar segitiga dengan bunga di atasnya. Di bawah segitiga tersebut terdapat dua buah tiang penyangga yang di kanan-kirinya terdapat gambar dua sosok manusia dengan karakter berbeda. Selain itu, pada bagian bawahnya juga terdapat gambar berbagai binatang semacam hewan melata dan berkaki empat. \"Saya memprediksi, gambar pada batu tersebut merupakan kisah pewayangan. Gambar manusia yang tengah memegang ekor naga sambil menghunus senjata tersebut sepertinya menggambarkan sosok Gatot Kaca atau Jabang Tutuko. Terlihat pada bagian perutnya yang terdapat tali pusar yang menjuntai tengah melawan tokoh jahat bernama Nagapercona seperti dalam kisah pewayangan,\" kata Ali. Sedangkan pada batu sisi batu bergambar segitiga dengan dua sosok manusia di bawanya, Ali menduga, itu adalah gambar gunungan wayang. Di mana dua sosok yang berada di sisi kanan dan kiri merupakan penggambaran tokoh wayang Semar dan saudaranya Togog. \"Gambar orang pada sisi kanan dengan ciri fisik gemuk dan terdapat jambul di kepalanya menggambarkan sosok semar, sedangkan pada sisi kiri terdapat gambar sosok hampir sama. Namun sambil memperlihatkan susunan gigi taringnya yang dalam tokoh pewayangan adalah saudara Semar yang bernama Togog. Ini menunjukkan sifat manusia tentang sisi baik dan buruk,\" ujar Ali. Ali menduga, situs tersebut merupakan peninggalan masyarakat prasejarah perpaduan kebudayaan Jawa Barat-Jawa Tengah. Selain lokasinya yang berada di perbatasan dua provinsi tersebut, terlihat dari beberapa komponen gambar pada batu yang menunjukkan hubungan kebudayaan masyarakatnya. \"Salah satunya adalah senjata yang dihunus oleh sosok ksatria yang sedang memegang ekor naga adalah bernama Kudi. Yaitu senjata khas Banyumasan yang merupakan cikal bakal senjata khas masyarakat Sunda, yaitu Kujang. Saya juga menyimpulkan, dari daerah Kuningan ini juga asal muasal pewayangan. Karena di lokasi lain tidak ditemukan gambar semacam ini baik di candi ataupun situs lain di Indonesia,\" kata Ali. Selain menemukan batu bertulis tersebut, Ali dan timnya menemukan banyak batuan dengan goresan-goresan yang halus dan kasar yang belum bisa disimpulkan makna dan artinya. Di lokasi tersebut juga ditemukan dua lokasi penting lain yang perlu diteliti lebih dalam. Yaitu keberadaan punden berundak yang salah satunya terdapat dua buah kendi air dan satu lainnya berbentuk seperti bak mandi berukuran 3x3,6 meter. Ali mengaku, belum mengetahui fungsi dua tempat tersebut dibuat oleh manusia purba. Namun jika melihat lokasinya yang berada di puncak gunung dapat disimpulkan sebagai tempat pemujaan terhadap Sang Pencipta. \"Manusia purba beranggapan, bahwa Sang Pencipta berada di tempat yang tertinggi, sehingga mereka berupaya membangun tempat peribadatan atau pemujaan di lokasi yang sedekat mungkin dengan Tuhannya. Oleh karena itu mereka membuatnya di puncak gunung,\" kata Ali. Atas banyaknya temuan tersebut, Ali berencana akan melanjutkan penelitiannya tersebut pada waktu mendatang. Namun dia berharap, ada dukungan dari pemerintah untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan cara eskavasi atau penggalian lapisan tanah untuk mengungkap keberadaan peninggalan manusia purba tersebut. Sementara itu, Kabid Penelitian Bapeda Kuningan Samsurizal yang turut serta dalam Ekspedisi Batu Naga mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Kuningan sangat mendukung penelitian yang tengah dilakukan para Arkeolog UI tersebut. Hal ini dibuktikan dengan tengah dirancangnya anggaran pada APBD 2014 untuk penelitian selanjutnya. \"Namun kami juga sangat berharap, turut serta Pemerintah Pusat dalam mendukung penelitian sejarah ini. Karena untuk eskavasi akan membutuhkan dana sangat besar yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh pemerintah daerah,\" kata Samsurizal. (agus mustawan)

Tags :
Kategori :

Terkait