Sejarah Desa Dompyong, Terbentuk lewat Sayembara Pembuatan Bedug

Rabu 11-01-2023,18:15 WIB
Reporter : Asep Kurnia
Editor : Asep Kurnia

Sejak kejadian itu, lokasi tersebut yang termasuk Desa Gembongan diberi nama Warnasari.

Kayu yang sudah roboh itu, diseretnya untuk dihanyutkan ke sungai yang kemudian dibuat seperti rakit untuk dibawa ke Keraton Pagebangan.

Namun dalam perjalanan, keajaiban terjadi pada sungai, airnya yang keruh tiba-tiba berubah menjadi jernih.

Setelah sampai di Keraton Pagebangan, kayu dipotong menjadi dua bagian, akan tetapi Raden Gentong kebingungan saat akan memasang kulit kerbau pada bedug.

Hingga seorang penduduk setempat memberikan saran, pemasangan kulit bedug itu harus menggunakan jarum perunggu.

BACA JUGA:Danau Purba Majalengka, Sekitar 7 Ribu Tahun Lalu, Cikijing adalah Hamparan Perairan

Hingga akhirnya, bedug yang diinginkan Pangeran Sutajaya jadi, disimpan untuk menjadi tanda panggilan adzan.

Bedug tersebut sudah bisa digunakan dan membawa keramaian dalam masyarakat untuk beribadah.

Adapun jarum yang digunakan, dalam bahasa jawa disebut Dom, dan keramaian pada saat itu diistilahkan Pyong.

Dengan kedua kata tersebut, terciptalah Dompyong yang mengandung arti keramaian yang luar biasa adalah dialog Bahasa Sunda pada waktu itu. 

Kata Dompyong kemudian dijadikan sebuah nama pedukuhan atau sebuah desa yang akan ditempati oleh Raden Gentong, sebagai hadiah dari Pangeran Sutajaya atas sayembara itu.

BACA JUGA:Tradisi Yu Sheng Hidangan Filosofis Khas Imlek, Bisa Dinikmati di Cirebon, Ada di Tempat Ini

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati tanggal 15 Juli 1982, Desa Dompyong dimekarkan menjadi dua. Yakni Desa Dompyong Wetan dan Desa Dompyong Kulon. 

Itulah sejarah Desa Dompyong yang terbentuk berkat sayembara pembuatan sebuah bedug dari kayu Widasari.*

Kategori :