Sejarah Desa Dompyong, Terbentuk lewat Sayembara Pembuatan Bedug

Rabu 11-01-2023,18:15 WIB
Reporter : Asep Kurnia
Editor : Asep Kurnia

Berbagai ilmu dan peralatan yang digunakan untuk merobohkan pohon Widasari, tidak ada satu pun yang berhasil.

Para peserta yang ikut sayembara, banyak diantaranya yang mengalami luka saat berusaha merobohkan pohon.

Bahkan tidak sedikit yang harus mengorbankan jiwa demi bisa merobohkan pohon yang akan dijadikan bedug tersebut.

BACA JUGA:Makam Nyi Kentring Manik Mayang Sunda, Ada Versi Buniwangi dan Gunung Putri

Kemudian, datanglah seorang pemuda gagah perkasa, mengenakan ikat kepala dan langkahnya meyakinkan. 

Semua isi keraton terkesima atas penampilan dan langkah mantap pemuda tersebut. 

Di hadapan Pangeran Sutajaya, pemuda gagah tersebut meminta izin untuk mengikuti sayembara yang tengah berlangsung.

Izin diberikan kepada pemuda tersebut, namun Pangeran Sutajaya ingin mengetahui dulu siapa dan dari mana pemuda gagah itu.

"Hamba adalah Raden Gentong yang berasal dari daerah Selatan yaitu Desa Luragung," ucap pemuda yang mengaku bernama Raden Gentong itu.

BACA JUGA:Masjid Jagabayan Cirebon, Tempat Mata-mata Prabu Siliwangi Mencari Pangeran Walangsungsang

Usai perkenalan, Raden Gentong pamit sambil meminta doa dan restu kepada pangeran serta pada sesepuh keraton agar usahanya berhasil.

Dengan segala kemampuannya, Raden Gentong mulai mengerahkan semua tenaga untuk merobohkan Pohon Widasari tersebut.

Semua orang yang hadir termasuk pangeran, terkesima dengan kehebatan Raden Gentong dalam usahnya merobohkan pohon.

Dalam waktu yang tidak lama, akhirnya Pohon Widasari mulai miring, kemudian tiba-tiba tumbang. 

Setelah Pohon Widasari itu roboh, tiba-tiba tatal (serpihan) kayu yang tadinya berwarna putih berubah menjadi seperti warna pelangi dan mengeluarkan cahaya. 

BACA JUGA:Hidup di Pulau yang Sama, Ini Alasan Kenapa Bahasa Jawa dan Sunda Beda (Bagian-2)

Kategori :