Perekonomian Ciayumajakuning Diperkirakan Tumbuh Cukup Resilien

Selasa 17-01-2023,21:00 WIB
Reporter : Apridista S Ramdhani
Editor : Moh Junaedi

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 cukup diwarnai dengan berbagai tantangan global.

Mulai dari menguatnya tensi geopolitik hingga transmisi tantangan global.

Kondisi tersebut membuat International Monetary Fund (IMF) mengkalkulasi kembali pertumbuhan PDB global tahun 2022 yang diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya dari 4,9 persen (yoy) menjadi 3,2 persen (yoy).

BACA JUGA:Jadi Narsum di Rakornas Kepala Daerah, Bupati Sumedang Sampaikan Hal Ini

Kepala Kantor Perwakilan bank Indonesia (KPw BI) Cirebon, Hestu Wibowo dalam Kegiatan Ngopi Bareng Media, menuturkan dinamika dan sejumlah tantangan global tersebut tentu berdampak pada perekonomian nasional.

Yang menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang tinggi dan berimplikasi pada meningkatnya tekanan inflasi.

Selain berdampak pada perekonomian nasional, dinamika global tersebut juga turut berdampak pada perekonomian Jawa Barat dan Ciayumajakuning.

BACA JUGA:INI DIA! Tol Terpanjang di Indonesia, Menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah

"Sumber kekuatan ekonomi Jawa Barat sendiri bersumber dari mobilitas masyarakat yang terus meningkat sehingga mendorong konsumsi domestik, perkembangan ekspor otomotif yang masih memiliki prospek yang cerah, serta pendapatan masyarakat yang masih tumbuh kuat," paparnya.

Ekonomi Jawa Barat tahun 2022 diperkirakan tumbuh pada 5,1-5,9 persen (yoy) dan tumbuh 4,9-5,7 persen (yoy) di tahun 2023.

Sementara itu, inflasi Jawa Barat pada tahun 2023 diperkirakan akan kembali pada rentang target inflasi di 3 persen ± 1 persen melalui sinergi dan koordinasi dengan seluruh pihak.

BACA JUGA:Besok, Pasar Murah Digelar di Vihara Pemancar Keselamatan

Pengendalian inflasi di tahun 2023 masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat.

Pemerintah memprediksi laju inflasi masih cukup tinggi baik akibat pengaruh eksternal maupun domestik.

"Tantangan yang akan dihadapi di 2023 antara lain masih terjadinya disrupsi pasokan, pelemahan nilai tukar rupiah akibat kondisi global yang maish penuh ketidakpastian, imported inflation, dan peningkatan permintaan di tahun politik," jabarnya.

Kategori :