CIREBON, RADARCIREBON.COM - DEMAM tifoid dikenal sebagai penyakit tipes merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia. Diperkirakan 500 dari tiap 100.000 penduduk Indonesia terserang demam tifoid setiap tahunnya. Banyak kejadian tifoid membuat banyak asumsi yang salah di masyarakat, mulai dari gejala hingga pengobatan. Gejalanya yang mirip dengan infeksi lain membuat banyak orang salah kaprah dengan diagnosis demam tifoid. Lantas bagaimana sebenarnya demam tifoid?
Definisi:
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini dapat masuk dan berkembang di dalam usus setelah seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau urine penderita demam tifoid.
Tanda dan gejala:
Gambaran klinis tifoid sangat bervariasi, dari gejala ringan sekali (sehingga tidak terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas sampai dengan gejala klinis yang berat hingga komplikasi. Beberapa gejala yang dirasakan dari demam tifoid antara lain:
a) Demam
Demam merupakan gejala utama tifoid. Pada minggu pertama demam biasanya bersifat intermitten, yakni demam semakin tinggi di sore/malam hari. Kemudian demam akan semakin tinggi seiring bertambahnya hari terutama minggu ke dua
b) Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan dirasakan mulai dari lidah yang tertutup selaput putih. Pasien juga dapat merasakan mual, muntah, konsitpasi maupun diare
c) Nyeri otot
d) Lemas
e) Napsu makan berkurang
BACA JUGA:Erajaya Jaga Kinerja Positif, Catat Pertumbuhan Penjualan 13,8 Persen
BACA JUGA:Gandeng NYW, LPM Karya Mulya Tebar Takjil
Tanda lain yang didapat saat pemeriksaan dokter adalah menurunnya denyut nadi dan peningkatan suhu. Jika Anda merasakan tanda dan gejala seperti diatas maka Anda bisa memeriksakan diri ke dokter. Anda juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah rutin, widal test atau tubex test.
Cara penularan dan faktor risiko:
Demam tifoid menular melalu makanan atau minuman yang tercemar oleh feses penderita tifoid. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan tifoid adalah:
a) Hieginitas perorangan yang buruk, terutama kebiasan kebersihan tangan yang buruk
b) Hieginitas makanan dan minuman
c) Sanitasi lingkungan yang buruk, terutama terkait saluran air limbah dan penampungan sampah yang tidak sesuai kriteria sehat
d) Jamban yang tidak memenuhi syarat
e) Ketersediaan air bersih yang terbatas
Pengobatan:
Pengobatan demam tifoid dilakukan tergantung pada tingkat keparahannya. Jika demam tifoid terdeteksi lebih awal dan hanya menimbulkan gejala ringan, pasien dapat melakukan perawatan mandiri di rumah. Umumnya pasien akan mendapatkan antiobiotik dan obat obatan yang menurunkan gejala. Jika terdapat komplikasi seperti penurudan kesadaran dan infeksi yang menyebar ke organ tubuh lain, maka pasien perlu mendapatkan perawatan yang lebih intens di Rumah Sakit. Segera konsultasikan ke dokter penyakit dalam jika Anda maupun keluarga mengalami gejala tifoid yang tidak membaik dengan pengobatan rawat jalan. (*)
Oleh: dr Tejo SpPD (RS Sumber Kasih)
BACA JUGA:Bersama BPKN RI, FH UMC Bakal Buka Klinik Perlindungan Konsumen
BACA JUGA:Soal Kasus BPR KR Indramayu, Akhirnya Bambang Bongkar Para Pelaku Utama Hingga Aktor Intelektual