"Idulfitri boleh berbeda tapi yang paling penting, tidak boleh saling menyalahkan, saling menghujat, saling bermusuhan, termasuk di media sosial," ungkap Ustad Gozali.
BACA JUGA:Remaja GPdI Trifina Cirebon Bagikan Takjil, Ajarkan Toleransi Sejak Muda
Ustad Gozali menyampaikan, perdebatan seringkali menguras tenaga, apalagi debatnya tak berbasis ilmu sehingga dinamika itu seringkali diartikan sebagai perbedaan, padahal perbedaan itu sejatinya mendewasakan dan menstimulasi kesadaran untuk terus membaca.
" Kita perlu tonjolkan perdebatan keilmuan. Kalau yang ilmunya belum nyampai jangan ikut-ikutan," pesan Ustad Gozali.
Selanjutnya, Ustad Gozali menuturkan, UMC yang kini berusia 22 tahun memiliki kultur pembelajar sehingga setiap mahasiswa yang berada di kampus ini ditanamkan habit "tattaqun"proses ketakwaan yang kontinyu, belajar dan belajar.
Ustad Gozali mengajak jamaah agar konsentrasi umat islam seyogyanya lebih besar dari hal remeh temeh. Misalnya dunia islam yang hingga saat ini masih belum selesai dengan konflik seperti Timur Tengah, banyak umat yang masih miskin, ekonomi, politik, pendidikan, sains dan teknologi dan isu lainnya yang menghantarkan umat ini terdepan dan berkemajuan di berbagai sektor kehidupan.
BACA JUGA:23 Rest Area yang Akan Melaksanakan Salat Idul Fitri, Sabtu 22 April 2023, Pemudik Bisa Ikut
Mengakhiri khutbah Idul Fitri 1444 H, Ustad Gozali tertekan, Agama Islam tidak mempertentangkan ilmu dengan agama. Islam adalah agama yang mengharuskan ummatnya memeiliki ilmu pengetahuan. Banyak sekali firman Allah SWT maupun hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan tentang pentingnya ilmu pengetahuan.
Di Akhir Khutbah Idul Fitri 1444 H, tampak foto Civitas Akademika UMC di depan gedung Ir H. Djuanda. Samahalnya dengan jamaah lainnya yang mengabadikan momen kebersamaan di setiap sudut Kampus 2 UMC yang instagrammable