Selain itu kehadiran Al Zaytun juga menyumbang pemasukan daerah yang signifikan. Terutama dari sisi pajak. Perekonomian masyarakat sekitar Mahad Al Zaytun juga ikut terdongkrak.
Dengan santri dan penghuni Al Zaytun yang lebih dari sepuluh ribu orang tak dapat dipungkiri menumbuhkan gairah ekonomi bagi masyarakat.
Apalagi hampir setiap hari selalu saja ada pengunjung atau walisantri yang datang. Warung warung tumbuh. Penyewaan rumah, kos maupun kontrakan bermunculan.
Tapi faktanya, Jalur Gaza ini masih sama. Terus merana. Banyak berlubang, keriting dan bahkan ada yang tidak bisa dilalui.
BACA JUGA:Warga Simega Cirebon Berterima Kasih ke Satpol PP, Berharap Kos-kosan Per Jam Jera
Biasanya pada musim hujan jalan itu tambah merana. Genangan air hampir menutupi hampir seluruh jalan.
Kendaraan hanya mampu melewati jalur gaza dengan kecepatan 10-20 kilometer per jam. Dibutuhkan paling cepat 20 menit untuk menempuh jalur yang berjarak hanya 3 kilometer tersebut.
Buruknya jalan berimplikasi negatif. Selain lambatnya waktu tempuh yang mengakibatkan mobilitas warga terhambat, tidak sedikit pula kendaraan warga yang menjadi korban ganasnya Jalur Gaza.
Belum lagi soal debu yang beterbangan saat musim kemarau. Hal itu menambah penderitaan warga sekitar.
BACA JUGA:TERUNGKAP, Ada 9 Perbedaan Pendidikan di Mahad Al Zaytun Indramayu, Oh Ternyata…
Sebenarnya sudah bertahun tahun mengajukan perbaikan jalan di Jalur Gaza tersebut. Hanya sayang, karena keterbatasan anggaran tidak semua bisa diperbaiki. (*)