Itu sebabnya, niat Syekh membangun kapal pertama, disusul kapal kedua, lalu ketiga dengan nama Kanjeng Ratu Kalinyamat, dan kapal ke empat sebesar Bahtera Nabi Nuh sepanjang 1.198 kaki (sekitar 365,5 meter) dengan nama saya, membuat saya bahagia dan sangat bangga bahwa akhirnya ada tokoh NKRI yang benar benar berniat mewujudkan dan akan membuktikan negeri kita sebagai negara Poros Maritim Dunia kembali. Sebab nenek moyang kita pernah berabad abad berada di titik itu dengan beberapa penelitian ilmiah dan akademik membuktikannya.
Padahal… Saya perkirakan, jika saya komparasikan pada KRI Bung Karno kelas Corvette yang baru saja diresmikan beberapa hari lalu di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, maka untuk membuat kapal sebesar bahtera Nabi Nuh tersebut, Syekh harus mengeluarkan dana setidaknya sekitar 1,7 triliun.
Artinya, jika saja kasus korupsi di sebuah kementerian yang katanya mencapai 8 triliun itu benar adanya, Syekh sesungguhnya dapat dibantu negara untuk mewujudkan tekad Syekh dan bisa langsung membuat 4 kapal sekelas bahtera Nabi Nuh sekaligus!
Duh, sayang sekali ya? Karena saya membaca bahwa Syekh bertujuan membuat kapal sebesar bahtera Nuh ini untuk menggelorakan semangat ekonomi biru, yaitu pemanfaatan sumber daya laut berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan, kesejahteraan, mata pencaharian masyarakat pesisir dan nelayan, sekaligus pelestarian ekosistem laut.
BACA JUGA:Di sini Dituduh Macam-macam, di Tempat Lain Mahad Al Zaytun Dipuji Setinggi Langit
Yang saya sangat banggakan Syekh Panji Gumilang,
Terimakasih saya atas niat dan langkah mulia Syekh mewujudkan mimpi kita semua sebagai penduduk dari ‘archipelagic nation’ terbesar dunia, yang kisah nenek moyang kita tertulis di Alkitab pada surat Radja Radja, dan langkah langkah mereka terjejak di Madagaskar hingga dalam gedung arsip-arsip tertua di belahan dunia lain nun jauh di sana.
Tetapi, dengan segala kerendahan hati, saya sangat berharap sebelum membubuhkan nama saya, Syekh kiranya dapat membubuhkan antara lain nama nama tokoh bangsa yang saya kagumi selain Kanjeng Ratu Kalinyamat, antara lain:
1. Putri Ratna Kemala Putro Manyang Seulodong yang memimpin dan memproklamirkan Kerajaan Jeumpa di tahun 770-an bersama suaminya Shahrianshah Salman Al-Farisi dan melahirkan kemudian beberapa kerajaan lain di Aceh, antara lain di Perlak, Pasai, Pedir dan Darussalam.
BACA JUGA:Giliran Saifuddin Ibrahim Membela Mahad Al Zaytun: Saya Taat Sama Panji Gumilang
2. Laksamana Maharani yang hidup di tahun 1170-an dan terkenal kerana kepiawaiannya dalam ilmu navigasi serta kemahiran diplomasi dan armada lautnya dikenal mematikan dengan sebutan “angkatan laut panah”, karena panah prajurit-prajurit laut gagah perkasanya dibubuhi racun dengan menggunakan getah kayu khusus dari hutan rimba pedalaman Aceh.
3. Rainha Boki Raja, seorang Ratu yang dilupakan sejarah, meskipun berperan sangat menentukan dalam sejarah politik Maluku pada paruh pertama abad ke-16
4. Megawati Soekarnoputri, Presiden ke 5 Republik Indonesia, ”The Brave Lady” sebuah buku menjulukinya, dimana riwayat perjuangannya untuk tampil memimpin bangsa ini tidak kalah berdarah-darahnya dengan riwayat yang disebut sebagai ’’A Sad Story Of A Moluccan Queen’’ karya guru saya, sahabat saya, Ibu Tuty Heraty, jika kita mau meluangkan waktu membacanya.
Tentunya, ketika armada armada bagi ekonomi biru Indonesia ini terwujud, saya berharap Syekh dapat membagikan ilmu pembuatan kapal kapal raksasa Indonesia yang bangkit kembali karena niat mulia Syekh, dapat segera kemudian bergeser melahirkan kapal kapal perang untuk TNI Angkatan Laut yang seharusnya dapat berganti nama segera menjadi Angkatan Perang Laut Republik Indonesia.
BACA JUGA:Erick Thohir Sudah Janji, Ada Jatah 10 Persen untuk Palestina Tapi Ingat, Pertandingan Tetap Serius
Jika kita sudah mampu memberikan putra putra terbaik bangsa kita di laut itu, dengan kapal kapal induk sekelas dan sebesar bahtera Nabi Nuh, yang Syekh sedang melangkah mewujudkannya.