Topobroto, Cara Mahad Al Zaytun Jawab Berita Viral, Apa Maksudnya?

Kamis 08-06-2023,09:58 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Topobroto adalah mekanisme mengatur hawa-hawa atau keinginan nafsu duniawi. Seperti makan, tidur, libido dan lainnya.

Topobroto hanya ditujukan untuk mencari ketenangan dan netralitas di dalam jiwa. Berabad-abad para orang hebat terdahulu melakukan ini dalam hidupnya.

“Semuanya hanya bisa diraih dengan disiplin dan perjuangan yang ketat, maka seseorang dapat mencapai tujuan-tujuan penting di dalam kehidupannya. Itulah pengaruh topobroto seperti dikutip dari praktisi Kejawen, Dewi Sundari.

Tapi apakah topobroto yang dilakukan Syech Panji Gumilang dan kawan-kawan sama dengan pengertian di atas? Hanya keluarga besar Mahad Al Zaytun yang bisa menjawab.

BACA JUGA:Barusan Jadi Pahlawan Tokyo Verdy, Begini Komentar Pratama Arhan, Masih Bisa Pulang Bela Timnas?

Tapi CAM dalam tulisannya juga mengungkap dengan kalimat “buah-buah Topobroto”.

Namun, katanya, seperti layaknya seseorang yang sedang melakukan puasa dan diajak bertengkar, Al Zaytun tidak membalas dengan kata-kata yang tidak bermutu. Al Zaytun justru menebar damai dan karya.

“Begitu pula dengan para santri dan Wali Santri di masyarakat. Al Zaytun merespon dengan elegan,” tulisnya.

Kemudian, lanjut dia, setelah satu bulan masyarakat diberikan kesempatan mengeluarkan semua isi kepalanya, maka terlihat wawasannya. Ada yang mendalam, ada yang dangkal, dan ada pula yang sudah punya tujuan tidak baik. 

BACA JUGA:4 Nama Usulan Connie Rahakundini Bakrie untuk Kapal 'Bahtera Nabi Nuh' Al Zaytun, Ada Megawati, Kok Bisa? Ini

Mereka mencoba memecah-belah persatuan Islam dengan menggunakan Mazhab.

Dia pun mengurai mashab tadi. Para Imam Mazhab lahir di fase ketiga Umat Islam, yakni Mulkan Adhon (Kerajaan yang menggigit) dan menjawab persoalan Umat di masa tersebut. 

Dia menyebutkan Imam yang lahir di fase ketiga itu. Yakni, Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 Hijriyah di Palestina. Imam Maliki lahir pada tahun 93 H di Madinah. Imam Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 H di Baghdad. Imam Hanafi lahir pada tahun 80 H di Kufah Irak.

“Dan kita saat ini berada di fase keempat, saat Umat Islam tidak memiliki pemimpin. Maka jika ada perselisihan semua dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi,” tandas CAM.

BACA JUGA:WOW! Biaya Bahtera Nabi Nuh ala Al Zaytun Bisa Tembus Rp 1,7 Triliun, Memang Sanggup?

Dia mengungkapkan lagi, ketika Departemen Agama mengecek fakta dengan cara bersilaturahim secara langsung, Ponpes Al Zaytun menawarkan lebih dari yang diminta.

Kategori :