“Ternyata negara-negara dari Timur Tengah, Afrika, Eropa, dan Asia tersebut yang berpenduduk muslim, diketuai oleh Ribhi Awad,” ungkapnya.
Satu pekan sebelum 1 Muharram, Syekh Al Zaytun juga diundang ke Kedutaan Besar Palestina. Kebetulan ada beberapa duta besar misalnya dari Libya, Nigeria. Mereka sepakat dengan gagasan perdamaian itu.
Akhirnya pada peringatan 1 Muharam, terdapat 13 dubes dari negara Afrika, Timur Tengah, Asia dan Eropa yang datang ke Al Zaytun.
“Jadi perayaan 1 Suro. Terdapat 13 duta besar di Al Zaytun. Semuanya syekh jajaki. Kalau Palestina itu menjalin kerjasama yang baik dengan Israel, bagaimana itu?” tanya Syekh Al Zaytun kepada para dubes.
BACA JUGA:Topobroto, Cara Mahad Al Zaytun Jawab Berita Viral, Apa Maksudnya?
Jawaban yang diterima pun bermacam-macam. Ada yang menolak, tapi ternyata tidak sedikit juga yang setuju.
“Ada yang secara tidak langsung menolak, ada yang setuju. Yang penting itu sudah dilontarkan dan ditanggapi,” ungkap syekh.
Namun, misi yang disepakati para dubes tersebut akhirnya urung ditindaklanjuti pada diplomasi di tingkat lanjut.
Setelah itu, Palestina malah berubah total. Yang awalnya dikendalikan oleh Fatah. Kemudian berganti oleh organisasi yang berbeda dan sangat frontal.
BACA JUGA:Detik-detik Pratama Arhan Bikin Heboh Jepang, Reaksi Pemain dan Suporter Seperti Tak Percaya
“Dari situlah Palestina tidak terlalu akrab dengan Al Zaytun. Karena alirannya sudah berbeda. Tapi, syekh sangat dekat dengan Ribhi Awad. Bahkan (Ribhi) seringkali mengeluh, karena sedikit kekurangan,” ungkap syekh.
Palestina memang negara yang belum benar-benar lepas dari masalah kedaulatan. Sehingga belum bisa memberikan fasilitas yang memadai untuk duta besarnya.
Termasuk untuk Ribhi Awad selama menjadi dubes di Jakarta selama 14 tahun dan baru digantikan Bulan Desember, 2005.
"Al Zaytun adalah lembaga pendidikan besar, saya sudah lima kali ke sini. Saya teman syekh, sudah saya anggap ini adalah mahad saya," kata Ribhi.