BACA JUGA:Kisah Syekh Panji Gumilang Merintis Mahad Al Zaytun, Tinggal di Ruang Kelas yang Dibagi 4
Hal itu seperti hasil riset yang dipublikasikan pada 2020 oleh Jason Hickel berjudul "Quantifying National Responsibility for Climate Breakdown" .
Riset itu menyebut negara kaya harus menanggung dosa besar atas kerusakan bumi. Kerusakan itu sudah berlangsung sejak masa kolonial dan makin parah ketika industrialisasi sekarang.
Antara 1970-2015, negara maju di Amerika, Eropa, dan Asia, menyumbang 92 persen emisi karbon dunia.
"Dari sekian banyak negara tersebut, Amerika Serikat ditetapkan menjadi negara penghasil karbon terbesar yang telah menyebabkan kerusakan iklim senilai USD 1,9 Triliun," tulis jurnalis Seth Borenstein dan Drew Costley di PBS.
Data lain diungkap oleh Lucas Chanel, Wakil Direktur World Inequality Lab. Dia memperkirakan misi gas rumah kaca (GRK) global antara tahun 1990 dan 2019 menunjukkan bahwa 10 persen orang terkaya dari populasi dunia mengeluarkan hampir 48 persen emisi global pada tahun 2019.
Parahnya lagi, 1 persen dari posisi teratas mengeluarkan menyumbang 17 persen dari total emisi. Angka ini jelas sangat besar dibanding populasi termiskin dunia yang hanya menyumbang 12 persen terhadap emisi global.
Salah satu perilaku konyol dari mereka adalah kerap menggunakan pesawat jet pribadi. Di berbagai konferensi internasional, termasuk G20 Bali tahun lalu, pesawat pribadi hilir mudik mengantar orang-orang kaya yang selalu proaktif menyuarakan krisis iklim.
Padahal, pesawat pribadi jauh lebih banyak menyumbang emisi karbon dibanding pesawat komersil.
BACA JUGA:Sidang Pra Peradilan Perkara Notaris HS di Cirebon, Sunan Bendung Sangat Yakin
Situasi buruk efek kerusakan iklim tentu tidak terlalu dirasakan oleh mereka. Dengan teknologi mumpuni mereka mampu menahan laju kerusakan iklim.
Namun, yang paling menderita adalah negara kecil berpenghasilan menengah dan miskin. Padahal tak berkontribusi terhadap kiamat iklim.
Salah satu buktinya dipaparkan Kristina Douglas dalam Archaeology, Environmental Justice, and Climate Change on Islands of the Caribbean and Southwestern Indian Ocean (2020).
Diungkapkan Kristina, nafsu kolonialisme dan industrialisasi negara Barat berdampak pada perubahan iklim. Hal ini membuat negara-negara Karibia dan Samudera Hindia harus menanggung beban berat.
BACA JUGA:Topobroto, Cara Mahad Al Zaytun Jawab Berita Viral, Apa Maksudnya?