CIREBON, RADARCIREBON.COM - Pengadaan antropometri di Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon senilai Rp 22 miliar, dipersoalkan oleh Lesda.
Di saat sistem e-katalog telah muncul nama pemenang PT Inovasi Medik Indonesia di 23 Mei 2023, tetapi Dinkes masih menerima ekspos vendor lain pada 25 Mei 2023.
Perlu diketahui, antropometri sendiri adalah alat pengukur tinggi dan berat badan anak yang terintegrasi. Alat ini nantinya diberikan ke masing-masing posyandu.
Ketua Lembaga Studi Daerah (Lesda) Kabupaten Cirebon Abdulrohim mempertanyakan transparansi dalam proses pengadaan proyek tersebut.
KLARIFIKASI dari PT Inovasi Medik Indonesia dapat dilihat di tautan berikut ini:PT Inovasi Medik Indonesia Sebut Pegadaan Antropometri di Dinkes Kabupaten Cirebon Sudah Sesuai Prosedur
"Dalam proses e-katalog yang sudah klik atau muncul nama pemenang di 23 Mei 2023, tapi pihak PPK masih menerima ekspos vendor lain di tanggal 25 Mei 2023. Ini kan kacau. Masa sudah memunculkan nama pemenangnya masih melakukan ekspos untuk vendor lain," kata Rohim sapaan akrabnya, Kamis (7/6).
Menurutnya, pemenang yang sudah diklik oleh PPK di e-katalog, yakni PT Inovasi Medik Indonesia ternyata merupakan vendor dengan harga penawaran yang tertinggi, sementara kandungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di produk yang ditawarkannya paling rendah dibandingkan vendor-vendor lainnya.
"Ini kan aneh, masa vendor menawarkan harga tertinggi dan TKDN-nya rendah diklik oleh PPK sebagai pemenang pengadaan antropometri ini. Jadi sangat besar dugaannya ini sudah dikondisikan Dinkes melalui PPK-nya," ungkapnya
Kejanggalan berikutnya, kaea Rohim sapaan akrabnya, pihak pemenang yang diklik PPK di e-katalog, tidak termasuk dalam beberapa perusahaan dan produk yang sudah lulus pengujian serta yang telah direkomendasikan oleh Kemenkes RI.
BACA JUGA:Makin Memprihatinkan, Wakil Walikota CIrebon Tawarkan Rumah Dinas Jadi Kantor Sementara untuk Damkar
Sebab, berdasarkan rekap perusahaan dan produk yang lulus pengujian teknis antropometri oleh Kemenkes RI hanya ada delapan. Yakni produk PT IDS Medical Systems Indonesia, PT Bhakti Bersama Roartha, PT Nutri Sejahtera Utama, PT Solo Abadi Indonesia, PT Mandiri Jaya Medika, PT Sadamaya Graha Teknologi, PT Gerlink Utama Mandiri, dan CV Nuri Teknik.
"Atas kejanggalan-kejanggalan tersebut, kami akan melakukan audiensi dan aksi. Kami juga sudah siap untuk melaporkannya ke APH," tegas Alumni PMII itu.
Sementara itu, saat dikonfirmasi Sekretaris Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Edi Susanto enggan memberi komentar. Ia menyarankan langsung mengonfirmasi tudingan tersebut ke Kabid Kesmas yang juga PPK pengadaan antropometri, dr Sudiono.
"Mangga langsung konfirmasi ke PPK-nya saja ya. Pak Sudiono," singkatnya.
Sementara itu, dr Sudiono saat dikonfirmasi melalui sambungan selularnya tidak menjawab. Begitu juga saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp-nya.
Klarifikasi PT Inovasi Medik
Sementara itu, CEO PT Inovasi Medik Indonesia, Faroman Avicena membantah semua tudingan tersebut.