Mobilitas jutaan manusia secara serentak tersebut memang menimbulkan kemacetan total hampir di ruas jalan. Belum lagi keterlambatan lain yang akan menambah jarak tempuh terasa semakin panjang.
Pengalaman menunjukkan, sejumlah jamaah juga kerap terjebak kesulitan memilih bis. Hal itu karena warna dan bentuknya serupa.
Setibanya di lokasi tujuan, jamaah pun harus berjalan kaki. Menemukan tenda pemukiman. Membawa barang bawaan.
Ini pula yang menjadi puncak resiko terburuk jamaah. Banyak yang mengalami kelelahan, sakit, bahkan hingga kematian mendadak. Hal itu bila dibandingkan ketika di hotel yang nyaman di sekitaran Mekah.
BACA JUGA:KUR di Mundu Cirebon Dibobol Oknum Karyawan dan Pengusaha, Rp 1,5 Miliar Jadi Kredit Macet
Kejadian ini nanti akan terulang. Tentu setelah prosesi ibadah haji di Armina sudah rampung. Ketika giliran kembali ke Mekah, kemacetan mengular pun akan terulang.
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika laka”. Kalimat inilah yang sekarang selalu dikumandangkan di posesi puncak haji.
Semoga menjadi haji yang mabrur.(*)