Syekh kemudian mengutip Surat Almaidah Ayat 46 dan 47: Kami meneruskan jejak mereka. Para Bani Israil. Dengan mengutus Isa AS Putra Maryam yang membenarkan Kitab Suci sebelumnya yaitu Taurat. Kami menurunkan Injil kepadanya. Yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya.
Menjadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-oran yang bertakwa. Setelah itu, Rasulullah menyampaikan lagi: Hendaklah pengikut Injil memutuskan urusan, menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
"Rasulullah berhadapan dengan orang Nasrani seperti itu. Peganglah Injil sebaik-baiknya. Kalau tidak memegang kitab sucinya itu, mereka orang fasik," bebernya.
Orang yang memiliki hikmat dan kebijaksanaan, kata syekh, tidak akan memaki, menuduh umat beragama. Untuk memiliki hikmat dan kebijaksanaan melalui pendidikan, tidak bisa dimiliki dengan membayar uang.
"Tampil dengan iman sejati, pikir yang bebas, ilmu yang mumpuni. Itulah hikmat kebijaksanaan. Didapat dari pendidikan yang jelas," tegasnya.
Dalam pendidikan, sambung syekh, pemerintah melalui Kemenag dan Kemendikbud membuat kurikulum untuk mengantarkan anak didik untuk menjadi bangsa yang cerdas, bijak.
Maka tatkala ada usaha mau memasukan kurikulum untuk semua, yang dasarnya satu keagamaan saja. Maka itu harus dihindari. Di dalam dasar negara, Kerakyatan yang Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan.
"Bangsa Indonesia tidak boleh ditentukan oleh kekuatan tertentu di luar dasar negara, di luar konstitusi. Semua itu, untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata," tandasnya.