Soal Salam Yahudi yang disebut sensitif bagi masyarakat umum, syekh menegaskan, hal tersebut tidak akan menjadi soal ketika masyarakat mengerti.
"Sesungguhnya nggak sensitif kalau semua mengerti. Menjadi sensitif karena tidak ngerti. Terjadilah sumbu pendek begitu," katanya.
"Itulah yang mestinya umat Islam, kita ini mencaci keyakinan orang. Jangan terlalu rumit lah berpikir," imbuhnya.
Al Zaytun, kata Syekh, sejak didirikan menanamkan merdeka ruh, merdeka pikir, merdeka ilmu. Di sini diantarkan anak didik supaya punya kemerdekaan.
BACA JUGA:Banyak Event Internasional, PSSI Membagi Timnas Indonesia Jadi 2
"Jadi kalau ada seperti itu, kita belum bisa membaca. Kalau dikatakan begini-begini, nanti tersinggung lagi. UUD 1945 memberikan kebebasan. Tidak siapapun yang bisa mengekang kita. Ilmu dan jiwa. Kecuali yang punya jiwa," tegasnya.
Sejak start 1999 dibukanya mahad ini, tanggal 27 Agustus. Dari situ sudah ditanamkan kebebasan berpikir.
Mengenai beragam kontroversi yang muncul, Syekh Al Zaytun menegaskan agar seorang pemimpin lembaga pendidikan tidak perlu takut dikecam.
"Memimpin sebuah pendidikan jangan pernah takut dikecam. Kalau takut, bagaimana mendidikan. Mempertahankan pendidikan, progresitvitas pendidikan," imbuhnya.