Usai ditemukan mati, warga justru malah menyembelih dan membagikan dagingnya kepada warga untuk dikonsumsi.
"Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya," sebutnya.
Dalam proses penyembelihan sapi yang sudah mati itu, ada seorang warga berinisial WP yang ikut terlibat dan kemudian menjadi pasien yang positif Antraks.
Tanggal 1 Juni WP masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka.
"Waktu diperiksa ada sampel-nya positif spora antraks dari tanah tempat penyembelihan sapi tadi," ungkap Imran.
Dua hari berlalu, WP kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito. Di sana, ia diambil sampel darah dan dinyatakan suspek antraks. "Tanggal 4 Juni WP meninggal," pungkasnya. (*)