INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Ibarat peribahasa: Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Seperti itulah warga di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu dan Mahad Al Zaytun.
Meski ada pondok pesantren yang pernah jadi terbesar di Asia, tetapi warga Kecamatan Gantar sangat minim sekolah di Mahad Al Zaytun.
Padahal, sekolah terdekat dari Al Zaytun yakni SDN Balir hanya berjarak 1 kilometer saja. Namun, tak ada lulusannya yang masuk ke pondok di bawah asuhan Syekh Panji Gumilang.
Siswa di SDN Balir memilih melanjutkan ke SMP dan diteruskan ke SMA atau SMK negeri. Faktor biaya adalah yang menjadi faktor penyebabnya.
Sepengetahuan mereka, sekolah di Al Zaytun mahal. Tidak terjangkau oleh masyarakat di Kecamatan Gantar yang bekerja sebagai petani ataupun buruh.
Meski demikian, ada juga warga Gantar dan sekitarnya yang anaknya sekolah di Al Zaytun. Kebanyakan orang tuanya memang bekerja di dalam komplek mahad. Baik sebagai karyawan di dalam ataupun pekerja di Perkumpulan Petani Penyangga Ketahanan Pangan Indonesia (P3KPI).
Mahad Al Zaytun memiliki lembaga pendidikan yang sangat lengkap. Mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA) hingga sekolah menengah kejuruan (SMK).
Bahkan sudah ada perguruan tinggi yakni Institut Agama Islam (IAI) Al Azis yang mahasiswanya juga tidak kalah banyak dari kampus lainnya.
BACA JUGA:Sekarang BRIN Dukung Nikung Aryanto Misel: Perlu Ada Riset Lanjutan
Soal minimnya minat siswa dan orang tua menyekolahkan anak ke Al Zaytun, Kepala UPTD SDN Walahar, Edy Effendy membenarkan. Bagi mayoritas masyarakat, biaya pendidikan di sana terlalu mahal.
"Ya untuk masyarakat di Kecamatan Gantar yang mayoritas berprofesi sebagai buruh tani, menyekolahkan anaknya ke Al Zaytun ibarat mimpi," katanya.
Faktor biaya, kata dia, adalah yang paling utama. Misalnya tingkat MTs saja, biayanya bisa mencapai USD 3.500 dan dibayarkan di depan. Sesuatu yang berat buat warga di Gantar. “Ya tadi, masalahnya kan mungkin biaya," ungkapnya.
Selain biaya, Eddy mengungkapkan, faktor kontroversi juga mempengaruhi. Apalagi, bukan kali ini saja Mahad Al Zaytun ramai diperbincangkan.
BACA JUGA:Waspada! BMKG: Gelombang Setinggi 1,25-2,5 Meter Berpotensi Terjang Laut Jawa