"Tapi kalaupun orang sini yang berada juga belum tentu minat ya. Situasinya lagi seperti ini, Al Zaytun terus-terusan disorot,” ucapnya.
Iapun memastikan, semua lulusan SD di wilayah Kecamatan Gantar tidak ada yang melanjutkan sekolah ke Al Zaytun.
Malah sebaliknya, ada beberapa pekerja atau eks karyawan di Al Zaytun yang justru menyekolahkan anaknya di SD Negeri. Itupun sudah duduk di kelas tinggi.
“Saya sudah mengecek teman-teman kepala SD, tidak ada lulusan yang lanjut ke sana. Kalau yang dari pekerja atau mantan pegawai Al Zaytun sekolahnya di SDN sih ada beberapa,” ungkapnya.
Sebelumnya, soal biaya pendidikan yang mahal itu diakui sendiri oleh Syaikh Panji Gumilang.
Biaya masuk atau menjadi santri Mahad k Al Zaytun tidak murah. Yakni sekitar USD 3.500 atau dalam kurs Rupiah mencapai Rp52,5 juta dan dibayar di depan.
Walaupun terlihat mahal dan besar, ternyata uang ini tidak bisa mencukupi kebutuhan satu tahun masing-masing santri.
Karenanya, dilakukan lah berbagai kegiatan ekonomi dan usaha. Sehingga dapat mencukupi kegiatan pendidikan dan ekspansi yang dilakukan.
BACA JUGA:Dua Desa di Majalengka Geger Atas Penemuan Buku Kuno Beraksara Kawi
Di luar masyarakat Gantar, minat masuk ke Al Zaytun seperti tidak pernah surut. Bahkan di tengah kontroversi yang terjadi, penerimaan santri baru melampaui target.
Menurut Syekh Panji Gumilang, target penerimaan santri baru setiap tahunnya adalah 750. Tetapi tahun ini sudah melampaui 1.000.
Santri Al Zaytun menang bukan berasal dari Kecamatan Gantar, tetapi dari luar kota hingga luar negeri.