INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Minggu ini bakal menjadi hari-hari bersejarah bagi Mahad Al Zaytun Indramayu, sekaligus menandai masuknya era blue economy.
Di tengah polemik, kasus hukum yang mendera hingga beragam persoalan, 2 kapal mereka bakal diluncurkan ke lautan lepas.
Yang pertama adalah Kapal Gunung Surowidi dengan perizinan atas nama Syekh Panji Gumilang. Dan yang kedua adalah Gunung Pulosari dengan dokumen perizinan atas nama istri dari Syekh Al Zaytun.
Keduanya adalah kapal penangkap ikan dengan bobot 300 dan 600 gross ton yang akan beroperasi hingga ke lautan di Indonesia timur.
BACA JUGA:Al Zaytun Kembali Nyanyikan Lagu Bahasa Ibrani, Hava Nagila, Makin Jelas Pro Israel?
Peluncuran kedua kapal tersebut seolah menyambut kapal ketiga yakni Kanjeng Ratu Kalinyamat yang akan dibangun di galangan kapal PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana.
Berbeda dengan 2 pendahulunya, kapal ketiga akan difungsikan sebagai pengangkutan penumpang dan logistik.
Perizinan kapal ketiga tersebut, perizinannya adalah atas nama ketua yayasan. Bahkan bahan bakunya sudah siap digunakan yakni kayu ulin dari kalimantan.
Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, material kayu ulin atau kayu besi tersebut didatangkan dari Kalimantan.
Sedangkan modal pembangunan kapal tersebut berasal dari kayu jati di hutan Al Zaytun yang dijual dan hasilnya dipakai untuk membeli kayu ulin.
Setelah kedua kapal tangkap ikan itu meluncur ke lautan, Syekh Panji Gumilang menyatakan, kapal ketiga bobotnya jauh lebih besar yakni 2.200 gross ton.
Produksi kapal ketiga juga dilakukan oleh PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana yang berlokasi di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Ditambahkan Syekh Panji Gumilang, polemik yang sedang terjadi juga klarifikasi dari Bareskrim Polri tidak mempengaruhi jalannya pendidikan di Al Zaytun dan proyek non pendidikan.
BACA JUGA:KEREN, 8 Modifikasi Mobil Listrik Wuling Edisi Khusus, Model Mobil Pemadam Kebakaran Pun Ada