"Ada satu tokoh di Alkitab bernama Koresh. Dia adalah Raja Persia yang dinubatkan akan muncul 150 tahun sebelum lahir oleh Yesayas," kata Monique dalam orasinya, Rabu 19 Juli 2023.
Menurutnya, berdasarkan Alkitab bahwa Koresh adalah orang yang dipilih Tuhan meski tidak mengenal Allah Israel.
Tetapi dia dipilih untuk memulangkan Bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
BACA JUGA:Rute BRT Cirebon yang Tempuh Jarak 30 Km, Walikota Ingin Tembus sampai Kertajati
"Koresh juga memberikan dana untuk membangun Bait Suci Yahudi di Yerusalem. Pesannya apa untuk kita? Tuhan yang sama dan memilih Koresh, bisa memilih seseorang di Indonesia menyatakan visi Tuhan," bebernya.
Disampaikan Monique bahwa Tuhan ingin kita menjadi umat berdamai. Tuhan bisa memilih Syekh Panji Gumilang menjadi Koresh di masa modern.
Dikatakan Monique, apa yang disampaikan tidak berlebihan. Di Al Zaytun, dia menemukan ada monumen toleransi dan perdamaian.
Tetapi, bukan sekadar monumen. Apa yang dicita-citakan benar-benar disuarakan dengan lantang dan dilakukan dalam tindakan.
BACA JUGA:Lewat Surat Edaran, Mahkamah Agung Larang Hakim Catat Pernikahan Beda Agama
"Saya sebagai umat non muslim, betapa bangga. Karena yang bicara untuk membuka hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia datang bukan dari kami non muslim. Tapi dari orang muslim. Luar biasa," bebernya.
Kata dia, umat non muslim takut berbicara mendukung hubungan Israel dan Indonesia.
Meski tujuan dari hubungan ini untuk apa, mendamaikan Israel dan Palestina.
"Suara itu, muncul dari tempat ini. Bisa dibayangkan luar biasanya. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk perdamaian. Dalam Alkitab ditulis bahwa Tuhan yang membuat damai. Syekh Panji Gumilang sudah bersuara," bebernya.
BACA JUGA:Ada Pernyataan Bijak dari Susno Duadji Terkait Polemik Panji Gumilang dan Al Zaytun, Silahkan Simak!
Mengenai visi perdamaian dan toleransi yang diusung Al Zaytun, Monique menilai, hal tersebut semestinya juga dipahami oleh masyarakat luas. Sebab, damai selalu membawa kebaikan.
Karenanya, dia bersyukur ada seorang pemimpin pesantren visioner yang kapasitasnya bukan hanya sebagai pendidik tetapi negarawan.