"Tentunya sangat mengecam dan disayangkan jika terjadi vandalisme oleh anak-anak sekolah, mungkin akibat kurangnya penjelasan dan pendidikan akan sejarah lokal Majalengka," ujar Nana.
Ia pun lantas mengkritisi program yang selama ini kerap dijalankan pihak sekolah dengan menggelar studi tur ke luar daerah.
Harusnya, pihak sekolah justru memprogramkan kegiatan yang di dalamnya lebih mempelajari sejarah yang ada di Majalengka.
BACA JUGA:Sunjaya Purwadisastra Dituntut 7 Tahun Penjara, Disebut Terima Gratifikasi hingga Rp 66 Miliar
"Makanya piknik teu kudu jauh-jauh, pelajari dulu sejarah di daerah sendiri supaya generasi muda lebih mengenal dan menghormati akan sejarah daerah sendiri," ucapnya.
Agar aksi vandalisme tidak terulang kembali, Pegiat Sejarah Majalengka meminta unsur terkait membuat plang imbauan untuk sama-sama menjaga dan memelihara.
Ia juga meminta, agar pembersihan melibatkan pihak yang tertulis di relief sejarah tersebut.
"Terus usul saja harus dibuat plang peringatan aksi vandalisme dan diadakan pembersihan relief libatkan para pelajar terutama sekolah-sekolah yang tertulis di relief tentang bagaimana pentingnya menghormati sejarah lokal Majalengka," jelas dia.