Buyut Walijah sendiri memiliki arti wali yang suka berpindah-pindah tempat, hingga akhirnya berada di Desa Cikancas.
Situs lainnya yang belum terjamah bantuan, adalah Mata Air Cimasuk dan Mata Air Ciherang.
Lokasi yang berada di tanah adat warga ini, menjadi kendala pihak pemerintah desa untuk dilakukan pengembangan.
BACA JUGA:Sungai-Sungai Besar di Kuningan yang Menyimpan Misteri dan Tragedi
Saat ini, keberadaan kedua mata air itu menjadi tumpuan warga sekitar dalam memenuhi kebutuhan air.
Keunikan dari kedua mata air yang 'dijaga' oleh pohon-pohon besar tersebut, sangat menarik.
Mata Air Cimasuk, memiliki sumber air yang cukup banyak, dengan kedalaman sekitar 2 sampai 3 meter, air yang keluar tidak penah kering.
"Kenapa disebut Cimasuk, karena air yang sudah dipakai tidak mengalir, tetapi masuk lagi ke dalam tanah," terang Hedy.
BACA JUGA:Misteri Gunung Tilu Kuningan, Hulu Bagi 3 Sungai dan Larangan Bagi Para Pendaki
Diceritakan Hedy, sosok Buyut Walijah adalah seorang perempuan, dirinya melakukan semedi di lokasi Mata Air Cimasuk tersebut.
Tetapi dalam menjalani semedinya, Buyut Walijah mengalami menstruasi, sehingga tidak bisa menyelesaikan ritualnya itu.
Akhirnya, Buyut Walijah membersihkan badannya menggunakan air yang ada di Mata Air Cimasuk.
Air yang bercampur darah bekas bilasan Buyut Walijah, masuk ke dalam tanah dan keluar di Mata Air Cihanyir.
BACA JUGA:Dibalik Cerita Mistis, Keindahan Curug Bidadari di Pekalongan
"Jadi kenapa disebut Cihanyir, karena bau amis darah," kata Hedy.
Lokasi Situs Mata Air Cihanyir yang jauh dari pemukimam, ternyata tidak mengurangi bau amis yang sewaktu-waktu keluar dari mata air tersebut.