Kemudian, mereka sampailah di Dukuh Pasambangan, tempat Syeh Nurjati tinggal, mereka kemudian mendalami ajaran agama Islam kepada beliau.
Setelah dirasa cukup menimba ilmu kepada Syeh Nurjati, singkat cerita Ki Danuarsih berpamitan untuk melanjutkan pengembaraan.
Sementara itu Ki Danusela dan Raden Walang Sungsang diperintahkan oleh Syeh Nurjati untuk membuka hutan di sebelah selatan Dukuh Pasambangan.
BACA JUGA:6 Mitos Gunung Eweranda, Namanya Bikin Pikiran Traveling, Ada Kaitan dengan Sungai Cimanuk
Hutan yang sudah dibuka tersebut, kemudian diberi nama Kebon Pesisir (Sekarang wilayah Lemah Wungkuk).
Sejak saat itu, Ki Danusela diberi julukan Ki Gedhe Alang-alang yang selanjutnya menjadi Kuwu pertama di Desa Caruban (Cirebon).
Setelah Ki Gedhe Alang-alang wafat, tongkat kepemimpinan Desa Caruban digantikan oleh Raden Walang Sungsang.
Raden Walang Sungsang diberi gelar Pangeran Cakrabuana yang kemudian membangun keraton pertama yaitu Keraton Pakung Wati (sebelum Keraton Cirebon).
BACA JUGA:Sungai-Sungai Besar di Kuningan yang Menyimpan Misteri dan Tragedi
Atas perintah Pangeran Cakrabuana, Gong Sekar Gadung kemudian disimpan di Keraton Pakung Wati untuk dirawat.
Hingga kini, Gong Sekar Gadung tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon, dan setiap menjelang Maulid Nabi, selalu dibersihkan bersama pusaka-pusaka lainnya.
"Untuk menjaga dan membersihkan Gong Sekar Gadung, harus orang-orang asli dari Desa Kamarang," ucap Endang, Kuwu Desa Kamarang.
Karena menurut Endang, penemu Gong Sekar Gadung merupakan leluhur penemu Desa Kamarang.
BACA JUGA:Misteri Gunung Tilu Kuningan, Hulu Bagi 3 Sungai dan Larangan Bagi Para Pendaki
"Jadi harus orang yang memiliki darah asli Desa Kamarang," ucapnya.
12 Februari 1984, Desa Kamarang mengalami pemekaran menjadi dua wilayah, yaitu Desa Kamarang dan Desa Kamarang Lebak.