CIREBON, RADARCIREBON.COM – Penemuan harta karun di laut Cirebon awalnya karena tidak sengaja. Dari ketidaksengajaan tersebut, ditemukan harta karun senilai ratusan miliar rupiah.
Ya, temuan awal akibat tersangkut jaring nelayan. Temuan awal ini, kemudian ditindaklanjuti pemburu harta karun Luc Heymans yang menurunkan tim-nya.
”Temuan ini berasal dari sekitar tahun 976 Masehi. Ketika itu, perdagangan dan pelayaran antara Jazirah Arab-India-Sumatera dan Jawa sangat ramai,” tutur Heymans, dilansir dari dokumen pemberitaan radarcirebon.com, Oktober 2021.
Menurut Heymans, diduga ada pejabat tinggi Kerajaan Tiongkok yang menumpang kapal bermuatan harta karun yang ditemukan itu.
BACA JUGA:Peringati Hari Jadi ke-78 Jabar, Momen Resmi Terakhir Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum
Pasalnya, kapal yang belum diketahui namanya itu memuat banyak keramik khusus milik Kerajaan Tiongkok.
Heymans dan tim menyelam sebanyak 22.000 kali untuk mengangkut harta dengan jumlah 11.000 mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, dan 2.200 batu akik merah.
Luc Heymans adalah pemburu harta karun dari Belgia, yang juga pemilik Cosmix Underwater Research Ltd. Penyelaman di Cirebon, baginya adalah sejarah tersendiri.
Dia kenyang makan asam garam di dunia pengangkatan harta karun. Pengangkatan kapal karam di Cirebon 2004 lalu salah satu prestasi Heymans.
Penemuan ini disebut-sebut sebagai penemuan harta karun paling berharga di perairan Pulau Jawa. Dalam aksinya, Luc Heymans adalah pemburu harta karun yang menempuh cara legal.
Perusahaan miliknya Cosmix Underwater Research Ltd pada Februari 2004 hingga Oktober 2005 melakukan pencarian harta karun di laut Cirebon.
Sebanyak 13 penyelam Luc Heymans kemudian menemukan harta karun dari Tiongkok di laut Cirebon. Penyelam itu 3 dari australia, 2 dari Inggris, 3 Perancis, 3 Belgia dan 2 Jerman.
Tidak hanya itu, dalam penyelaman dia menemukan lambung kapal yang memiliki panjang keseluruhan sekitar 32 hingga 35 meter.
Papan lambung kapal, yang masih utuh hingga ketinggian 1,5 meter di beberapa tempat, tentunya turut menjaga kelestarian muatan.
Dalam eksplorasi itu, para penyelam tidak menemukan tanda-tanda paku yang digunakan dalam konstruksi kapal.
Sepertinya, papan diikat dengan pasak kayu dan anggota-anggotanya dipegang di tempatnya dengan tali.
Temuan-temuan benda bawah laut termasuk harta karun tersebut, menjadi salah satu bukti kekayaan Cirebon dan sisa kejayaan masa lalu ketika menjadi perlintasan perdagangan internasional. (*)