Dalam perselisihan itu Adipati Panaekan terbunuh (1625). Ia digantikan oleh puteranya bernama Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam).
Pada masa pemerintahan Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calincing. Tidak lama kemudian pindah lagi ke Bendanegara (Panyingkiran).
Karena itu masuk akal jika perubahan nama Galuh menjadi Ciamis oleh pemerintahan Mataram tak lepas dari adanya kepentingan politik. Kerajaan Mataram ingin menguasai wilayah Galuh dengan cara mematikan sejarah dan garis keturunannya.
BACA JUGA:Suasana Glamping di D'Orchid Kuningan, Bikin Siapapun Betah
Sebelum Mataram menguasai Galuh, kerajaan tersebut berada di daerah Kawali. Namun setelah Mataram berkuasa, pusat kerajaan tersebut mengalami perpindahan beberapa kali.
Perpindahan tersebut antara lain terdiri dari daerah Cineam, Calincing, Panyingkiran, Imbanagara, dan Cibatu pada tahun 1815.
Tidak menetapnya pusat kerajaan karena semakin luasnya wilayah kekuasaan Galuh ke daerah Selatan. Kendati mengalami perpindahan pusat pemerintahan, daerah Imbanagara lah yang menjadi basis Galuh sesungguhnya.
Hingga sekarang masyarakat Ciamis menyakini hari lahirnya Galuh diperingati hari jadi Kabupaten Ciamis. Ditandai dengan berpindahnya pusat kerajaan Galuh dari Panyingkiran ke Imbanagara pada tanggal 12 Juni 1642.
BACA JUGA:Melihat Langsung TPA Sarimukti , Ridwan Kamil: Sejumlah Titik Api Sudah Padam
Namun ketika itu belum berganti nama menjadi Ciamis. Baru berganti nama itu ketika pada tahun 1915-1935. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Perubahan nama itu terjadi ketika Galih dikuasai seorang bupati bernama RAA Sastrawinata. Walau bisa jadi status kabupaten itu sudah terjadi sejak kerajaan Mataram menguasai Galuh.
Galuh bukan lagi kerajaan. Hanya pada masa bupati Sastrawinata nama Galuh menjadi Ciamis.
Pada masa Bupati Sastrawinata, Galuh yang dahulu anti-kolonial mendadak tunduk menjadi daerah yang menurut pada setiap perintah Belanda. Akibatnya Galuh menjadi lemah.
Apalagi setelah Bupati Sastrawinata meresmikan namanya berganti menjadi Ciamis. Trah Galuh tidak bisa mengganggu gugat ketidaksetujuannya. Sebab, konon sang bupati telah “mencoret” Galuh dari kamus sejarah kerajaan Sunda.
Memang ada yang menyebutkan jika Bupati Sastrawinata itu cinta mati dan pemuja trah Mataram. Hal ini seperti ditulis Surat Kabar De Sumatera Post, yang terbit pada tanggal 3 Agustus 1915.