CIREBON, RADARCIREBON.COM - Keraton di Cirebon sedang melangsungkan hajat untuk persiapan Maulid Nabi Muhammad SAW, selama hampir 1 bulan penuh.
Rangkaian ritual itu, diantaranya mempersiapkan beragam keperluan untuk Tradisi Muludan dan Pelal Ageng Panjang Jimat.
Menariknya, selain mempersiapkan prosesi dan ritual juga makanan, terdapat kosmetik ala keraton seperti air mawar hingga lulur atau boreh.
Proses pembuatannya pun tidak sembarangan, karena setiap tindakan yang dilakukan selalu diiringi pembacaan doa hingga salawat.
BACA JUGA:Warga Blitar Menjadi Korban Banjir Bandang di Hongkong, Jenazah Akan Segera Dipulangkan
Proses pembuatan Nasi Jimat misalnya. Dilakukan dengan cara mengupas beras utuh. Tradisi ini dulu dilakukan perawan sunti.
Namun, karena sudah tidak ada lagi perawan sunti di lingkungan keraton, sehingga diganti oleh ibu-ibu yang sudah menopouse atau tidak menstruasi lagi.
Menariknya, beras untuk Nasi Jimat tersebut dikupas satu per satu sembari membaca salawat dan dimasak dengan minyak kelapa.
Selain mempersiapkan lauk pauk dan Nasi Jimat, juga ada persiapan bahan untuk pelaksanaan ritual.
BACA JUGA:Delegasi Indonesia di Maroko Termasuk Bupati Sukabumi Dikabarkan Aman Gempa Bumi
Misalnya penyediaan air mawar yang merupakan bagian dari arak-arakan saat Panjang Jimat dilaksanakan.
Bukan tanpa arti, air mawar melambangkan air ketuban, karena ibu yang melahirkan diawali dari proses ini.
Seluruh barisan dalam pelaksanaan tradisi Panjang Jimat memang memiliki simbolisasi yakni proses kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Barisan ketiga, berupa air mawar, pasatan, dan kembang goyang sebagai perlambang air ketuban dan usus atau ari-ari bayi," kata Abdi Dalem Keraton Kasepuhan Cirebon saat diwawancarai radarcirebon.com, belum lama ini.