Juga ada Bagus Layung, Bagus/Kiai Serit, Bagus Leja, Bagus Kandar, Bagus Jari, dan Ciliwidara.
Mereka berasal dari wilayah yang berbeda. Ada yang dari Bantarjati, Biyawak, Jatitujuh, Kulinyar, Pasiripis, Pamayahan, dan ada pula yang dari Banten.
Kepada para pengikut,mereka tidak hanya memberikan persenjataan dan ilmu kanuragan, tetapi juga mengatur strategi perang.
BACA JUGA:Apa Itu Sistem Perdagangan Karbon? Konon Bisa Jadi Lumbung Cuan bagi Indonesia
Bantarjati Jatitujuh adalah sarang pemberontak di daerah Majalengka, sedangkan di Indramayu sarangnya di desa Pamayahan Lohbener.
Pemberontakan ini disebut sudah dimulai sejak 1805. Mencapai titik puncaknya di 1806 dan menguras administrasi wilayah Indramayu.
Mengenai jumlah pemberontak yang dipimpin Bagus Rangin, ada beberapa catatan dari Nurhata.
Berdasarkan laporan Nyi Resik, seperti disampaikan kepada Raden Semangun, di Bantarjati terdapat 1000 pemberontak yang dipimpin oleh Bagus Rangin.
BACA JUGA:5 Obat Alami untuk Sakit Gigi, Biasanya Sudah Tersedia di Dapur
Naskah Cikedung menyebutkan jumlah pemberontak 600 orang. Sedangkan naskah Kedawung dan Sri Baduga masing-masing 700 orang.
Arsip kolonial mencatat lebih besar lagi. Jumlahnya 35―45 ribu. Sebanyak 3000 diantaranya pernah dibawa Bagus Rangin untuk menyerang markas pasukan dalem Indramayu.
Sekitar ratusan prajurit diantaranya di bawah komando Bagus Rangin yang dibekali ilmu-ilmu kekebalan dan kesakitan.
Beberapa kali Belanda mengirimkan pasukan untuk menghancurkan pemberontakan ini. Tapi walaupun sudah dibantu pasukan setempat dan orang Tionghoa, Bagus Rangin bisa mengatasinya.
BACA JUGA:Target Sudah di Depan Mata, Bojan Hodak Senang Bukan Main, Ciro dan Alberto Tidak Ada Keluhan
Hingga akhirnya Daenlas mengembalikan tahta Kanoman sebagai Sultan Cirebon pada 25 Maret 1808.
Pada tanggal 22 Juli 1810, pasukan gabungan Belanda di Priangan dan Karawang di bawah komando Bupati Sumedang Pangeran Kusumahdianata dan Bupati Kerawang RA Surialaga dan major dari Batavia bertempur dengan pasukan Rangin.