Pertempuran terjadi di lapangan Jawura 5 km dari Jatitujuh dan dekat desa Kertajati. Pasukan Bagus Rangin berhasil mengalahkan lawannya.
Setelah itu disusul pasukan pemberontak di bawah Buyut Merat dan Buyut Deisa di Karawang. Belanda berhasil menahan dan memukul mundur pasukan Bagus Rangin ke desa Panongan.
BACA JUGA:Lahan Kosong di Jl Perjuangan Kebakaran, Diduga karena Cuaca Kering dan Angin Kencang
Perang sempat terhenti akibat transfer kekuasaan Belanda ke Inggris dan dimanfaatkan Rangin untuk mengumpulkan kekuatan yang sempat tercerai-berai.
Raffles yang menjadi Letgub di Jawa mengirim pasukan Sepoy Bengali. Terjadi pertempuran di Banjarjati dari 16 hingga 29 Febuari 1812.
Pasukan Bagus Rangin melarikan diri ke Pangayoman dan mundur lagi ke kampung Sindang. Bagus Rangin bersama keluarganya ke hutan Ujung Jaya Sumedang.
Intensifnya pasukan Inggris memburu Bagus Rangin membuat ia tertangkap pada 27 Juni 1812 di Panongan. Dia dihukum mati di Batavia.
BACA JUGA:Pasukan Gabungan Menghalau Massa dari Balaikota Cirebon, Ini yang Terjadi
Setelah pemeberontakan usai, babad-babad lokal menuliskan kekejaman dan kebengisan pemberontakan Bagus Rangin. Terlebih Bagus Rangin dijelmakan sebagai sosok buta menyeramkan.
Sementara dalam sandiwara pun, Gubernur Jenderal digambarkan sebagai sosok bijaksana dan suka menolong.
Stereotip tersebut ditanamkan oleh pemerintah Belanda setelah Inggris pergi. Hal itu seperti stereotip kepada Tenku Umar dan Pangeran Diponegoro.
Namun sesungguhnya Bagus Rangin adalah Pangeran Diponegoro-nya masyarakat Cirebon. Karena sosoknya yang dihormati, dipercayai, dan dibela mati-matian oleh masyarakat setempat. Bahkan tak tergiur oleh hadiah untuk menangkapnya.
BACA JUGA:Survey Membuktikan: Turis Malaysia via Kertajati Mayoritas ke Bandung, Favoritnya Belanja ke FO
Kisah Bagus Rangin ini pernah dijadikan skripsi oleh Nanang Supramono pada tahun 2008 dengan judul “Peran Bagus Rangin dalam pemberontakan Rakyat Cirebon pada 1802-1818”.
Skripsi tersebu sebagai syarat kelulusan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Juga ditulis oleh Nurhata dalam Naskah Babad Darmayu: Pemberontakan Bagus Rangin di Indramayu Awal Abad ke-19.