Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa PNS memilih pinjaman online sebagai solusi cepat.
BACA JUGA:Pengurus Ikano Unpad 2023-2027 Dikukuhkan, Dr Ranti : Momentum Terciptanya Lembaran Baru
BACA JUGA:Pertamina Teruskan Jejak Percepatan Energi Terbarukan di Kampung Keberagaman Merbabu Asih
4. Adanya kebutuhan mendesak
Beberapa PNS menghadapi situasi darurat atau kebutuhan mendesak, seperti kebutuhan medis mendadak atau biaya pendidikan anak. Dalam situasi ini, mereka mungkin tidak memiliki opsi lain, selain meminjam uang melalui pinjaman online.
5. Kurangnya akses ke lembaga keuangan resmi
Beberapa PNS mungkin tidak memiliki akses yang mudah ke lembaga keuangan resmi, seperti bank atau koperasi.
Ini bisa disebabkan oleh lokasi geografis atau kurangnya pengetahuan tentang cara mengakses layanan keuangan tersebut. Akibatnya, mereka cenderung beralih ke pinjaman online yang lebih mudah diakses.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua PNS terjerat pinjol. Tetapi beberapa dari mereka menghadapi situasi yang membuat tergoda untuk menggunakan pinjaman online sebagai solusi keuangan.
Sementara Ari Edge, penggiat media sosial juga turut menyoroti PNS yang terjebak pinjol. Menurutnya, jangankan pinjol, PNS itu banyak yang berutang ke bank dan koperasi.
BACA JUGA:Sontoloyo! Tukang Siomai dan Pacar Korban Bekerjasama, Kemudian Hal Buruk Pun Terjadi
BACA JUGA:LENGKAP! Ini Daftar 10 Transportasi ke Bandara Kertajati Majalengka, Ada Shuttle Gratis
“Malahan ada rekan kerja saya gajinya yang hanya Rp3 juta per bulan, tinggal Rp300 ribu lagi. Karena mudahnya pencairan hutang oleh pihak bank dan pinjol,” ungkapnya.
Sementara akun Belajar Terus juga menyoroti tradisi berutang bagi para PNS. Di antaranya disebabkan oleh hidup yang melewati pendapatan.
Selain kebutuhan, ungkap akun itu, banyak juga yang karena gaya hidup para PNS. Misalnya untuk perawatan wajah, membeli baju bermerek hingga sekadar untuk jalan-jalan.
Akun itu juga menyebutkan hal yang lebih parah lagi. Banyak PNS yang berpendapatan tinggi pun banyak yang terjerat pinjaman. Penyebabnnya, mereka meminjam itu seperti sudah menjadi kebiasaan. “Gatal” rasanya jika tidak meminjam uang. (*)