Kemudian makin mendekati puncak bukit, terdapat jalan setapak yang hanya berupa tanah. Di kanan kiri jalan terdapat sawah dan perkebunan warga.
Warga setempat mengungkapkan, terdapat ratusan makam di atas bukit tersebut dan sudah lama ada di lokasi yang dicirikan dengan pohon lame itu.
Terkait dengan adanya pembangunan Tol Cisumdawu, memang banyak mitos dan cerita di tengah warga.
"Dulu ada ratusan makam di sini, setelah musyawarah dengan keluarga dan sesepuh sekarang sebagian sudah dipindahkan," katanya.
BACA JUGA:Selain Sumedang, Warga Sukabumi Juga Dapat Peringatan Mewaspadai Gempa Susulan
Diungkapkan dia, memang ada mitos kalau makam tidak bisa dibongkar. Tetapi pada akhirnya bisa dipindahkan ke lokasi baru.
"Waktu memindahkan juga tidak ada apa-apa. Memang ada yang di ujung, Makam Uyut Nata. Itu makamnya tidak mempan dicangkul," tuturnya.
Barulah setelah membakar kemenyan dan merapal doa-doa, serta meminta izin akhirnya bisa dibongkar dan dipindahkan.
"Ini harus dipindahkan sama keturunannya. Alhamdulillah saya sendiri yang mengangkat," katanya.
BACA JUGA:Gempa di Sumedang, Bey Imbau Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada
Saat membongkar makam Eyang Dipraja, ditemukan uang koin tahun 1854. Jadi bisa dibilang bahwa pemakaman tersebut sudah tua.
Sampai dengan sekarang, ada area pemakaman yang belum dipindahkan. Tetapi lahan sudah rata dengan tanah.
"Yang saya kerjain 9, ada dari paman saya 6. Jadi belum sampai 50. Saya mindahin yang leluhur saya saja," tuturnya.
Menurut Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian PUPR, Fahmi Aldiamar, menyampaikan bahwa alasan dibangunnya terowongan tersebut karena faktor topografi daerah.
BACA JUGA:BMKG: Gempa Sumedang Mirip Cianjur, Pemicunya Adalah Sesar Aktif yang Belum Teridentifikasi
Dikatakan Fahmi, daerah Pamulihan, Kabupaten Sumedang banyak terdapat bukit terjal dan jurang. Sehingga perlu upaya lain untuk membuat jalan di area tersebut.