Sementara itu itu, Kasat Narkoba Polresta Bogor Kota, Kompol Eka Candra mengungkapkan, bahwa para pelaku memproduksi sendiri coklat ganja kemudian mengedarkannya.
Kompol Eka menjelaskan, pelaku membuat coklat ganja dengan cara mencapur ganja yang sudah dibubukan dengan coklat.
BACA JUGA:Hujan Deras Selalu Banjir, Pj Walikota Cirebon: Karena Drainase Buruk
BACA JUGA:Pelatih Dunia Akui Kehebatan Timnas Indonesia, Berikut Komentarnya
"Coklat ganja di wilayah Jawa Barat ini merupakan modus baru," ujarnya.
Dalam pemeriksaan polisi, para tersangka menjelaskan bahwa, coklat ganja memiliki efek samping yang sama dengan ganja biasa.
Perbedaan antara coklat ganja dengan ganja biasa adalah dari cara mengonsumsinya. Ganja biasa dibakar dan dihisap seperti toko. Sedangkan coklat ganja bisa dimakan langsung.
"Biasanya kalau ganja biasa itu di rokok (hisap), kalau ini dikonsumsi dengan cara dimakan langsung. Dan mereka menyatakan bahwa efeknya hampir sama dengan ganja biasa," tutur Kompol Eka.
Nah, berapa takaran ganja yang dicampur dengan coklat tersebut?
Menurut Kompol Eka, para tersangka hanya mengira-ngira saja. Tidak membuat takaran secara pasti. Daun ganja kering dipisahkan dari batangnya kemudian dibuat serbuk. Setelah itu dicampur dengan coklat.
"Kalau dicek (perbutir Coklat Ganja) kadar ganjanya kurang dari 5 gram," jelas Kompol Eka.
Para tersangka menjual coklat ganja itu seharga Rp100 ribu per butir. Target penjualannya kepada anak-anak muda.
"Rp 100 ribu per butir. Sasarannya yang pasti untuk pelanggannya di bawah 30 tahun, ke anak muda," imbuh Eka.
Lantas, ke mana saja para tersangka telah mengedarkan coklat ganja tersebut?
Menurut Kompol Eka, berdasarkan pengakuan para tersangka, coklat ganja tersebut hanya diedarkan di wilayah Bogor.
"Mereka banyak beroperasi di wilayah Bojonggede, Bomang, Tajur Halang dan wilayah dekat-dekat Tanahsareal, wilayah peredaran mereka daerah-daerah situ," paparnya.