Retinitis pigmentosa ditandai dengan gangguan penglihatan berupa sulit melihat saat berada di tempat gelap. Selain itu, kondisi ini dapat pula disertai dengan gejala lain, seperti melihat cahaya yang berkelap-kelip, sensitif terhadap cahaya terang, dan kehilangan kemampuan melihat warna.
Saat ini belum ada pengobatan khusus untuk mengatasi retinitis pigmentosa. Untuk memastikan diagnosis penyakit ini, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan pada mata meliputi electroretinography (ERG), optical coherence tomography (OCT), dan tes genetik.
7. Ablasi retina
Ablasi retina merupakan kondisi ketika retina terlepas dari jaringan belakang mata. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh cedera pada mata, rabun jauh, peradangan, mau pun karena komplikasi dari diabetes mellitus. Selain itu, retina yang terlepas juga bisa mempengaruhi penglihatan dan menyebabkan mata menjadi buta.
Gejala ablasi retina tergantung pada tingkat keparahannya. Namun, beberapa gejala umum akibat ablasi retina adalah munculnya bercak hitam ketika melihat objek, melihat kilatan cahaya atau photopsia, dan penglihatan seperti tertutup oleh bayangan atau tirai.
Penanganan ablasi retina tergantung pada seberapa banyak retina yang terlepas dari mata. Dokter akan menyarankan untuk menjalani terapi tertentu, seperti laser, kriopeksi, pneumatic retinopexy, dan vitrektomi, guna memperbaiki penglihatan.
Untuk mencegah terjadinya mata buta akibat beberapa kondisi di atas, Anda bisa menjaga kesehatan mata dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti konsumsi buah dan sayuran, hindari kebiasaan merokok, cuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak, serta tidak terlalu lama di depan layar komputer.
Selain itu, Anda dianjurkan rutin memeriksakan kondisi mata ke dokter setidaknya setahun sekali. Pemeriksaan mata juga penting dilakukan untuk mendeteksi sejak dini kemungkinan adanya penyakit yang dapat menyebabkan mata buta, sehingga dapat dilakukan penanganan yang sesuai.