JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Hati-hati untuk para kaum urban yang akan melaksanakan mudik lebaran tahun 2024. Terutama mereka yang akan mudik menggunakan jalur udara, laut dan darat.
Pasalnya, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan kondisi cuaca selama musim mudik hingga lebaran tampaknya tidak bersahabat.
Menurut keterangan dari Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto bahwa cuaca ekstrem berpotensi terjadi saat arus mudik Lebaran 2024 ini.
BACA JUGA:Berbuka Puasa Sekaligus Berdonasi di Swiss-Belhotel Cirebon
BACA JUGA:Hadiri Dies Natalis IPDN ke-68, Pj Wali Kota Cirebon: Tetap Maju dan Berdaya Saing
BACA JUGA:KPU Sahkan Hasil Perolehan Suara di 33 Provinsi, Besok Giliran Maluku, Papua dan Papua Pegunungan
Dijelaskan, kondisi cuaca ekstrem bisa ditandai dengan perubahan cuaca secara tiba-tiba diprakirakan terjadi khususnya di Pulau Jawa pada tanggal 5 hingga 11 April 2024 mendatang, yang bertepatan dengan arus mudik lebaran.
"Untuk cuaca ekstrem kita prediksi tanggal 5 sampai 11 April 2024, itu masih hujan sedang hingga lebat ya," katanya usai Rapat Tingkat Menteri (RTM) Angkutan Lebaran 2024 di Kantor Kemenko PMK di Jakarta, Senin 18 Maret 2024.
Kendati demikian, pasca 11 April 2023, 12 April dan seterusnya diprakirakan aktivitas cuaca ekstrem berkurang menjadi hujan ringan.
BACA JUGA:Resmi! KPU Jabar Tetapkan Pasangan Probowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Pemenang Pemilu 2024
BACA JUGA:Laksanakan Gaktiblin, Sei Propam Polresta Cirebon Gelar Tes Urine untuk Seluruh Personel
Hal tersebut, jelas dia, dipengaruhi oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang mempengaruhi Daerah Konvergensi Antar-Tropik (DKAT), bibit siklon tropis, serta siklon tropis Megan.
Untuk itu, Guswanto menyebut pihaknya bakal menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), guna meminimalisasi dampak yang akan ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.
Sementara, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan bahwa siklon tropis Megan yang berada di sebelah timur laut Australia berpotensi mempengaruhi kondisi cuaca di Kepulauan Sunda Kecil.
Dijelaskan, uap air yang semula berpusat di wilayah barat mulai bergeser ke wilayah timur karena ditarik oleh mata badai tersebut.