Secara bertahap, BUMD juga akan didorong menjadi BUMD Pasangan yang memiliki peran sebagai pola distribusi pangan yang ada di Kota Cirebon.
Konsumsi dan distribusi yang ada harus dikenadalikan agar keterjangakauan harga komodtas tercapai dan ketersediaan pasaokan terjaga.
"Untuk sementara Waduli hadir di Pasar Jagasatru karena merupakan pasar Indok, ke depan kami akan melihat perkembangannya jika efektif maka akan dihadirkan di pasar tradisional lainnya yang memiliki jumlah transaksi tinggi," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon, Anton Witono mengungkapkan Waduli merupakan wujud Kerjasama Antar Daerah (KAD) secara B2B.
BACA JUGA:Penampakan Jersey Timnas Indonesia dan Jersey Belanda, Mirip?
BACA JUGA:Jersey Timnas Indonesia Dirujak Netizen, Segini Bocoran Harganya
Adapun KAD antar kota kabupaten telah terjalin di tahun sebelumnya. Komoditas yang dihadirkan pun diambil dari sentra produksi yang ada di Ciayumajakuning melalui koordinasi dengan Pemda.
"Kami memastikan komoditas yang dijual di sini akan dengan harga yang stabi karena komoditas diambil dari sentra produksi salah satunya di Majalengka mulai dari cabai, bawang, tanaman palawija dan turunannya," jelasnya.
Anton menambahkan, masyarakat diharapkan bisa berbelanja lebih bijak dengan melihat harga komoditas sebelum bertransaksi.
Saat ini pemkot Cirebon sudah dengan aktif menyosialisasikan harga kebutuhan setiap harinya di media cetak. Selain itu, melalui Waduli juga tertera harga komoditas yang dijual sesuai HET.
"Masyarakat bisa melihat harga dulu di papan yang tertera di Waduli , ini bisa menjadi pedoman saat berbelanja di pasar jika memang kebutuhan yang dibutuhkan tidak ditemukan di Waduli," pungkasnya.
Adapun komdoitas yang tersedia di Waduli saat ini mulai dari Bawang Merah Sedang Rp18ribu/kg, bawang merah besar Rp20ribu/kg, kentang Dieng Rp17ribu/kg, cabai merah Rp39ribu/kg, cabai merah plastik kecil Rp7.500, minyak goreng Rp14.500, beras Rp54.500/5kg, telur ayam Rp31.500/kg, ikan basah Rp10ribu. (*)