Di hadapan media, Siti merasa menyesal tindakannya menjual HP itu, berakibat buruk terhadap kondisi anaknya.
Dirinya berharap, anak sulungnya itu bisa kembali sembuh seperti sedia kala, layaknya anak kecil lain yang penuh dengan kecerian.
"Sembuh bisa sekolah, bisa main lagi layaknya kawan yang lain, ingin benar-benar normal, sehat," harap Siti.
Saat menjalani pengobatan untuk anaknya itu, Siti menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
BACA JUGA:Anak di Cirebon Depresi Gegara HP Dijual, Pengobatan Pertama Dibawa ke Orang Pintar
Meski begitu, dirinya tidak bisa selalu membawa anaknya berobat karena selalu terkendala dengan biaya lainnya.
"Cuma kondisi saya yang kurang mampu meskipun untuk berobat pakai BPJS, tapi kadang terhalang oleh ongkos biaya perjalanannya," paparnya.
Selain masalah biaya, dirinya selalu mengalami kendala jika membawa anaknya berobat.
Sikap anaknya yang sering tiba-tiba marah, membuatnya urung untuk membawa berobat tanpa ditemani teman atau keluarga lain.
BACA JUGA:Rafael Struick Awalnya Diragukan, Kemampuannya Kini Diakui si Ular Phyton
"Terkadang kalau dibawa berobat suka ngamuk, saya butuh orang (teman) buat nganter saya," pungkas Siti.
Dijelaskan Siti, anaknya yang lahir pada tanggal 12 Mei itu, dulunya terkenal baik.
Jika hendak bermain dengan teman-temannya, anaknya itu selalu meminta izin kepada dirinya.
"Dulu sih normal, kalau mau main hingga sore selalu izin, namun saya tidak bisa pantau main ke mana, saya tidak tahu," ucapnya.
Namun seiring berjalannya waktu, kekecewaan yang dipendam anaknya itu, lama-lama membebani pikiran anaknya.
"Emosi karena HP-nya saya jual, mungkin itu salah satu faktor jadi seperti itu," jelasnya.