BACA JUGA:Densus 88 Antiteror Polri Tangkap 2 Terduga Teroris Jaringan JAD di Bima NTB
"Tidak seorang pun tahu pasti,” kata Adamatzky, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut tetapi meninjaunya sebelum dipublikasikan.
“Pada dasarnya, semua sel hidup menghasilkan lonjakan seperti potensial aksi, dan jamur tidak terkecuali.”
Tim peneliti pastinya akan merasa kesulitan untuk merekayasa system terhadap sebuah robot yang terbuat dari bahan miselium karena robot yang terbuat dari miselium pastinya mengkonsumsi daya listirik yang sedikit.
"Anda harus memastikan bahwa elektroda bersentuhan pada posisi yang tepat karena miselia sangat tipis. Tidak banyak biomassa di sana,” ujar penulis peneliti pascadoktoral di Laboratorium Robotika Organik di Cornell, Amerika Serikat.
BACA JUGA:Cek Kondisi SUGBK Jelang Laga Timnas Indonesia vs Australia, Erick Thohir: Stadion Cukup Baik
“Kemudian Anda membudidayakannya, dan ketika miselia mulai tumbuh, mereka membungkus elektroda," sambungnya.
Lalu Mishra merekayasa antarmuka listrik yang secara akurat membaca aktivitas listrik mentah dari misellium.
Lalu memproses dan mengubahnya menjadi informasi digital yang dapat mengaktifkan akuator atau bagian yang bergerak dari robot.
Setelah itu ketika Mishra dan rekan-rekannya menstimulasi robot-robot tersebut dengan sinar ultraviolet, mereka akan mampu mengubah gaya jalan lintasan, respons misselium terhadap lingkungan.
BACA JUGA:Banjarwangunan Terdampak Kekeringan, Pasangan Wahyu-Solichin Kirim Air Bersih
Setelah itu, Mishra dan rekan-rekannya menstimulasi robot-robot tersebut nantinya dengan menggunakan cahaya sinar ultraviolet.
Tujuanya adalah untuk membuat robot-robot tersebut mampu merespons lingkungan nantinya.
“Jamur tidak menyukai cahaya,” kata Shepherd. “Berdasarkan perbedaan intensitas (cahaya), Anda bisa mendapatkan fungsi robot yang berbeda. Robot akan bergerak lebih cepat atau menjauh dari cahaya.”
Ini adalah sebuah pekerjaan yang sangat menarik dimana membuat sebuah robot yang terbuat dari bahan jamur. (*)