1. Kehidupan Awal: Pendidikan dan Relokasi
Kelahiran: Rumi lahir di Balkh (sekarang bagian dari Afghanistan) dalam keluarga ulama dan ahli agama.
Ayahnya, Bahauddin Walad, adalah seorang ulama terkenal yang memberikan dasar-dasar pendidikan agama kepadanya.
Hijrah: Karena ancaman invasi Mongol, keluarganya pindah ke berbagai kota, termasuk Nishapur, Baghdad, dan akhirnya menetap di Konya (kini di Turki).
Di Nishapur, Rumi bertemu Fariduddin Attar, seorang sufi besar yang memberikan pengaruh besar pada pemikirannya.
Pendidikan: Rumi mendapatkan pendidikan agama Islam mulai dari tafsir Al-Qur'an, hadis, fiqh, dan tasawuf.
Kecakapannya dalam ilmu agama menjadikannya ulama yang sangat dihormati kemudian mengajar di madrasah yang didirikan ayahnya.
2. Kehidupan Sebagai Ulama dan Guru Spiritual
Setelah wafatnya sang ayah, Rumi menggantikan posisinya sebagai pemimpin komunitas spiritual dan pengajar di Konya.
Ia adalah seorang faqih (ahli hukum Islam) dan juga seorang pemimpin tarekat yang membimbing para murid dalam pencarian spiritual.
Pada masa ini, Rumi lebih dikenal sebagai ulama konvensional yang mendalami fiqh dan syariah.
3. Pertemuan dengan Shamsuddin Tabrizi
Pertemuan dengan Shamsuddin Tabrizi pada tahun 1244 menjadi titik balik dalam kehidupan Rumi:
Transformasi Spiritual: Shams, seorang darwis kelana, memperkenalkan Rumi pada pengalaman cinta ilahi dan praktik tasawuf yang mendalam. Hubungan mereka lebih dari sekadar persahabatan; Shams menjadi cermin spiritual bagi Rumi.
Perubahan Gaya Hidup: Setelah bertemu Shams, Rumi mulai meninggalkan fokusnya pada pengajaran hukum Islam dan lebih mendalami tasawuf, seni, dan puisi.
Puisi dan Ekspresi Cinta: Kehilangan Shams yang tiba-tiba (kemungkinan besar karena konflik dengan murid-murid Rumi) memunculkan ribuan puisi cinta dan mistik, termasuk Divan-e Shams Tabrizi.