RADARCIREBON.COM - Kalau di zaman sekarang, jabatan rangkap seperti yang diemban Ki Gede Bungko, hampir tidak mungkin terjadi.
Sosok pemberani ini, bukan hanya sebagai kepala desa atau kuwu, namun dia ternyata menjabat sebagai panglima angkatan laut.
Itulah sisi kehebatan dan perjalanan hidup Ki Gede Bungko. Sosok penting dalam sejarah Kasultanan Cirebon tersebut, seorang kuwu yang menjadi “Sang Laksamana Kesultanan Cirebon”.
Yang menarik dari sosok yang hanya seorang kuwu ini, ternyata banyak disebut di beberapa naskah sejarah. Dia menjadi tokoh yang sangat penting dalam sejarah Cirebon.
BACA JUGA:Tiba di Jakarta Besok, Patrick Kluivert Akan Temui Pemain Timnas Indonesia dari BRI Liga 1
BACA JUGA:Pasca Dilantik, Presiden Prabowo Wacanakan Retret Ratusan Kepala Daerah
Seperti diceritakan dalam banyak naskah sejarah, Ki Gede Bungko dikenal sebagai penguasa Desa Bangko. Dia tercatat menjadi pendiri desa yang masuk Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon tersebut.
Dalam naskah-naskah tersebut, walau hanya seorang kuwu, ternyata memiliki jabatan yang mentereng. Dia merupakan Panglima Angkatan Laut atau Laksamana Kesultanan Cirebon.
Kehebatan Ki Gede Bungko sebagai panglima angkatan laut dibuktikan dari keberhasilannya mengalahkan Portugis.
Bukan hanya itu. Kuwu Sang Laksamana itu juga berkali-kali berhasil menumpas bajak laut yang ganas. Keberhasilan itu dilakukan dalam berbagai pertempuran di Laut Cirebon dan sekitarnya.
BACA JUGA:Viral Tagar Kluivert Out, Erick Thohir Minta Pelatih Baru Diberi Kesempatan Buat Buktikan Diri
Memang salah satu jasa terbesarnya adalah ketika menjadi Panglima Perang Angkatan Laut Cirebon dalam pertempuran melawan Portugis.
Pertempuran tersebut ketika melakukan penaklukan Sunda Kelapa atau Jakarta sekarang. Perang tersebut terjadi pada tahun 1522 Masehi.
Soal bajak laut, dahulu banyak menguasai laut utara Pulau Jawa. Termasuk di sekitar Cirebon. Namun setelah Ki Gede Bungko jadi panglima, bajak laut itu habis ditumpas.
Apalagi pernah ada musibah menimpa keluarga besar Sunan Gunung Jati. Suatu ketika, Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati dirompak di tengah Laut Jawa.
Sang Pangeran terbunuh bersama puluhan pengawalannya. Pembunuhan itu terjadi di atas kapal ketika akan memasuki perairan Mundu.
BACA JUGA:BKD Jabar Imbau Tenaga Teknis Non-ASN Database BKN, Segera Daftar Seleksi Tes PPPK Gelombang 2
Kapal yang ditumpangi Pangeran Bratakelana dirompak oleh ratusan bajak laut yang ganas. Selain kapal tumpangan beserta harta bendanya dirampas, Pangeran Bratakelana beserta pengawalnya juga dibunuh secara sadis. Para korban dilemparkan ke laut oleh gerombolan bajak laut.
Mendengar kabar itu, Sunan Gunung Jati murka. Penguasa Cirebon yang sekaligus wali ini langsung memerintahkan Ki Gede Bungko. Tujuannya untuk menumpas bajak laut.
Perintah Sunan pun dilakukan dengan baik oleh Ki Gede Bungko. Dia berhasil menumpas para bajak laut yang terkenal ganas itu.
Bukan itu saja, Ki Gede juga berhasil menghabisi gerombolan itu tanpa sisa. Nah, usai peristiwa itu, tidak ada lagi bajak laut yang berani beroperasi di laut Cirebon.
BACA JUGA:Peringati HUT Ke-52, DPC PDI Perjuangan Kota Cirebon Nyatakan Tetap Solid
Lalu siapa Kuwu Sang Panglima itu? Dalam naskah Carub Kanda disebutkan Ki Gede Bungko nama aslinya adalah Jakataruna. Dia adalah veteran angkatan laut Majapahit. Dia juga murid Sunan Ampel.
Jakataruna dibawa Sunan Gunung Jati ke Cirebon untuk membantunya memerintah Cirebon. Oleh Sunan Gunung Jati, Jakataruna dianugerahi jabatan sebagai panglima perang angkatan laut Cirebon.
Dia kemudian dikenal dengan nama Ki Gede Bungko. Sebab, selain seorang Laksamana, dia juga dianugerahi jabatan sebagai penguasa atau Ki Gede di desa Bungko.
Desa ini terletak di pesisir laut Cirebon bagian barat. Berbatasan langsung dengan Indramayu.
Dia bukan orang asli Cirebon. Jakataruna berasal dari Blambangan atau Banyuwangi. Hal tersebut dibuktikan dari peninggalannya berupa Angklung Bungko.
BACA JUGA:Transfer Pemain: Pascal Stuijk Jadi Target Utama Feyenoord, Siap Gelontorkan Dana 16 Juta Euro
Hingga sekarang angklung tersebut masih ada di Desa Bungko. Angklung tersebut sama persis dengan alat musik yang berasal dari Blambangan.
Ternyata bukan hanya Ki Gede dan Panglima, Jakataruna juga seorang seniman. Dia gemar memainkan musik angklung. Yakni alat musik yang terbuat dari bambu. Alat musik itu memang untuk menghibur diri.
Menurut cerita para tetua di Desa Bungko, selain dikenal dengan nama Ki Gede Bungko dan Jakataruna, tokoh ini juga dikenal dengan nama Syekh Benting.
Ki Gede Bungko wafat di Desa Bungko dan dimakamkan di tempat itu juga. Walau ada versi lain yang menyatakan bahwa sosok ini dimakamkan di Astana Gunung Jati. (*)