Strategi Pemasaran untuk Pedagang Kaki Lima di Era Digital: Meningkatkan Penjualan dengan Pembayaran Non-Tunai

Jumat 14-02-2025,16:00 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Strategi Pemasaran untuk Pedagang Kaki Lima di Era Digital: Meningkatkan Penjualan dengan Pembayaran Non-Tunai

Oleh :1. Alysha Prameswari Nurmalitasari    NIM : 124240016
         2. Rana Azizah Ramadhani               NIM : 124240017
         3. Roni Novian Bagja Akbar              NIM : 124240053

Latar Belakang
Di era digital yang terus berkembang, teknologi menjadi elemen kunci dalam strategi pemasaran, termasuk untuk usaha kecil seperti pedagang kaki lima. Di Kota Cirebon, kawasan seperti Jalan Moh.

Toha dipenuhi pedagang kaki lima yang menjadi daya tarik kuliner lokal. Lokasi ini menjadi pusat aktivitas ekonomi yang menghubungkan pedagang kecil dengan masyarakat dari berbagai lapisan sosial.

Namun, persaingan dengan minimarket dan restoran waralaba membuat pedagang kaki lima menghadapi tantangan besar, termasuk penurunan daya saing.

BACA JUGA:Suami Istri Jadi Pengedar Narkoba di Cirebon, Baru 3 Bulan Sudah Ditangkap Polisi

Untuk menjawab tantangan ini, pembayaran non-tunai seperti Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menawarkan peluang besar. I

novasi ini bukan hanya meningkatkan efisiensi transaksi, tetapi juga membuka pintu bagi pedagang kaki lima untuk bergabung dalam ekosistem digital, memperluas pasar, dan meningkatkan daya tarik pelanggan dari berbagai generasi.

Mengapa Pembayaran Non-Tunai Penting?

1. Kemudahan dan Keamanan
Pembayaran non-tunai memungkinkan pelanggan untuk bertransaksi tanpa membawa uang tunai dalam jumlah besar. Hal ini mengurangi risiko kehilangan uang atau menerima uang palsu bagi pedagang. Di sisi lain, pelanggan juga merasa lebih nyaman karena dapat membayar dengan cepat menggunakan perangkat digital seperti smartphone.

2. Meningkatkan Daya Tarik Pelanggan
Generasi muda, yang kini dikenal dengan gaya hidup serba digital, cenderung memilih metode pembayaran non-tunai. Dengan menawarkan QRIS, pedagang kaki lima dapat menarik pelanggan dari segmen ini. Di kawasan seperti Jalan Moh. Toha, pola konsumsi generasi muda yang sering menjelajahi street food sangat relevan untuk diakomodasi dengan teknologi pembayaran modern.

BACA JUGA:20 Pengedar Narkoba dan Obat Keras Terbatas Ditangkap Polisi, 19 TKP di Kota dan Kabupaten Cirebon

3. Studi Kasus: Jalan Moh. Toha, Kota Cirebon
Kawasan Jalan Moh. Toha adalah salah satu pusat pedagang kaki lima yang ramai dikunjungi, terutama pada malam hari. Namun, banyak pedagang di sini yang belum mengadopsi QRIS sebagai metode pembayaran. Akibatnya, pelanggan sering kali kesulitan melakukan transaksi karena harus membayar dengan uang tunai.

Pengalaman ini menjadi kendala khususnya bagi pelanggan yang terbiasa dengan metode pembayaran non-tunai. Padahal, adopsi QRIS dapat memberikan kemudahan besar bagi kedua pihak. Dengan QRIS, pedagang dapat mempercepat proses transaksi dan mengurangi kerepotan mencari uang kembalian. Sementara itu, pelanggan tidak perlu khawatir membawa uang tunai dalam jumlah besar.

4. Higienis dan Efisien
Setelah pandemi COVID-19, masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengurangi kontak fisik untuk alasan kesehatan. Pembayaran dengan QRIS menjadi solusi higienis karena tidak memerlukan kontak langsung seperti dalam transaksi tunai. Selain itu, QRIS memungkinkan transaksi yang lebih efisien karena tidak memerlukan alat tambahan seperti mesin EDC atau akses listrik.

5. Fleksibilitas Tanpa Kembalian
Salah satu kendala yang sering dihadapi pedagang kaki lima adalah menyediakan uang kembalian. QRIS menghilangkan kebutuhan ini, memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan mengurangi risiko kesalahan perhitungan kembalian. Pedagang juga dapat lebih fokus pada pelayanan dan persiapan dagangan.

BACA JUGA:Komisi I DPRD : Penertiban Pengemis di Makam Sunan Gunung Jati Mendesak

Strategi Pemasaran Efektif

Kategori :