Ketika Kadal ‘Muncak Dulu’ ke Gunung Ciremai

Selasa 25-02-2025,14:54 WIB
Reporter : Tatang Rusmanta
Editor : Tatang Rusmanta

Setelah itu baru sampai Pos 4 Arban dengan ketinggian 2050 mdpl. Sampai jalur ini sebagian besar jalurnya menanjak. 

Dari Pos 4 lanjut ke Pos 5 tanpa berhenti. Di Pos 5 dinamakan Tanjakan Asoy dengan ketinggian 2108 MDPL. Jalur yang cukup berat. Kami melewati pos ini berhenti sebentar berfoto. 

Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 6 Pesanggrahan. Pos ini dengan ketinggian 2200 MDPL. Karena sudah lumayan lelah, pos ini sangat dinantikan. Sebab, di tempat ini bisa istirahat sejamak. Juga bisa makan makanan ringan dan mengisi air minum yang dibawa porter. 

Di Pos 6 memang ramai pendaki. Di pos ini pula yang dijadikan tempat berkemah atau bermalam bagi para pendaki. Di tempat ini tampak ada selter permanen yang ditempati penjaga dan para porter untuk beristirahat.

Setelah istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pos 7 Sanghyang Ropoh dengan ketinggian 2650 MDPL. Jalur ini penuh kewaspadaan karena di sudah mulai rute jalan bebatuan. Rombongan pun mulai terpencar dalam beberapa kelompok kecil.

Setelah membelah bebatuan terjal, saya dan kelompok terdepan sampai di Pos 8 Goa Walet. Inilah pos  terakhir sebelum sampai pucak Ciremai. 

Goa Walet berada di ketinggian 2934 MDPL. Goa ini terletak di sebelah kanan jalur. Lokasinya agak menurun puluhan meter dari pertigaan Apuy-Palutungan.

Walau di tempat ini merupakan jalur pertemuan pendakian dari Palutungan dan Apuy, namun tidak terlihat yang mendirikan tenda di tempat tersebut. Selain sulit ditemukan lahan yang rata, juga ada yang percaya banyak hal mistis di tempat tersebut.

Konon di Gowa Walet ini terdapat sebuah legenda yang sangat terkenal. Namanya legenda Nini Pelet. Hal inilah yang menambah aura mistis tempat ini. Selain itu  memang ada larangan untuk berkemah di lokasi di tempat keluarnya lahar jika Ciremai erupsi ini.

Sejak di Pos 6, rombongan yang 15 orang tersebut sudah mulai terpencar. Maklum, dari Pos 6 jalur sudah mulai bebatuan. Dibutuhkan nyali tinggi dan kehati-hatian untuk sampai ke puncak.

Akhirnya, tepat pukul 10.40, saya bersama William, Budi Yana Setia dan Reza Adi Saputra, berhasil sampai ke puncak Ciremai. Dengan disambut kabut dan angin yang dinginnya menusuk tulang, kami sampai di ketinggian 3078 MDPL.

Hal pertama yang kami lakukan di puncak adalah antre foto di tugu yang dan plang kecil bertuliskan “Atap Jawa Barat”.  Sambil memegang plakat “3078 MDPL” kami pun satu demi satu berfoto ria dengan berbagai gaya.

Persoalan timbul ketika kami berempat menunggu rekan-rekan lain yang belum sampai puncak. Kami menggigil kedingan. Ketika itu memang angin dingin, berkabut diselingi sedikit rintik hujan yang membikin nyeri tulang.

Akhirnya kami keluarkan senjata pamungkas. Selimut almunium foil. Sayang hanya ada 3 selimut. Saya, Budi dan Reza pun berselimut mirip “manusia silver” di puncak Ciremai. Hanya William yang masih gagah berani dengan jaket tipisnya. 

Pada pukul 10.57, satu demi satu rombongan sampai di puncak. Tepat pukul 11.15 semua sudah sampai puncak. 

Akhirnya kami bersuka ria di puncak. Berfoto-foto di tengah kabut. Seolah lupa bahwa puncak itu baru setengah perjalanan. Masih ada jalur turun gunung yang jarak dan rutenya sama. Yang tantangannya tak kalah mengerikan dibandingkan ketika naik.

Kategori :