Siswi kelas 2 SMA di Baturaja, Lampung, itu meninggalkan rumah pamannya setelah mengalami tekanan batin.
BACA JUGA:Dedi Mulyadi: Persib Juara, Jawa Barat Istimewa
BACA JUGA:Sewa Kebaya Perdana, Cara Kreatif dan Hemat untuk Tampil Keren Pada Momen Spesial
Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan di Jakarta, membuat Rara harus tinggal bersama bibi dari garis ibu yang beragama Hindu dan berdarah Bali.
Selama tinggal di sana, Rara mengaku merasa tidak nyaman karena terjadi gesekan keyakinan.
Ia diminta untuk berpindah agama, dan ketika menolak, malah diminta pergi dari rumah.
Dalam kondisi terlunta, ia memutuskan untuk mencari keluarga dari pihak ayah yang berada di Kabupaten Kuningan.
BACA JUGA:Begini Pandangan Dedi Mulyadi Melihat Fenomena Kenakalan Remaja Saat Ini
Perjalanannya membawanya hingga ke Desa Gunungkeling, Kecamatan Cigugur. Dalam keadaan kebingungan tanpa tujuan jelas, ia ditemukan warga dan kemudian dibawa ke Polsek Cigugur.
Dari sana, Rara disalurkan ke Dinas Sosial dan mendapat perhatian serius, termasuk dari Wakil Bupati Kuningan Tuti Andriani.
Untuk menemukan keluarga Rara, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Kuningan melakukan pelacakan data berdasarkan keterangan Rara.
Awalnya mereka mencari nama Wawing yang disebut sebagai pamannya, namun nama tersebut tak ditemukan dalam database karena diduga hanya nama panggilan.
BACA JUGA:Hasil Audiensi di Greged Soal Jalan Rusak, Inilah Tiga Kesepakatan Pemda Cirebon dan Masyarakat
Pencarian kemudian difokuskan pada nama Astinah, yang disebut Rara sebagai nama neneknya.
Dari hasil penelusuran, ditemukan puluhan orang dengan nama tersebut, namun akhirnya berhasil dipastikan bahwa nenek yang dimaksud tinggal di Desa Cipondok.
Setelah kontak video dilakukan dan terkonfirmasi hubungan keluarga, Rara pun akan dipertemukan secara langsung dengan nenek dan pamannya.