Sebelum penutupan, Susi sempat berjuang keras agar para siswa kelas enam, khususnya ABK, dapat menyelesaikan ujian kelulusan dengan baik.
Ia bahkan sampai menangis di hadapan perwakilan dinas pendidikan dan yayasan.
“Bapak mau menjamin tidak anak saya di sekolah negeri diurus? Diperhatikan?" tanyanya.
Susi khawatir anak-anak ABK tidak akan mendapatkan pendampingan yang layak jika dipindahkan. Di SD tersebut, Susi menerima uang pesangon sebesar Rp2,5 juta setelah delapan tahun mengabdi.
Setelah SD Perwari tutup, Susi melanjutkan pengabdiannya di SMP Harapan Kita hingga sekarang.
Di mana ia kembali menghadapi empat murid ABK. Saat ini, gajinya Rp400 ribu per bulan. Mengajar dari Senin hingga Jumat.
Jadi, mengapa Susi terus bertahan meski upahnya tidak layak?
"Nggak tahu, dari hati saja (tetap mengabdi di dunia pendidikan, red), jadi tak jadi beban. Biarkan yang muda-muda saja yang mendaftar (PPPK), saya sejauh ini fokus mengajar saja," ungkapnya.