RADARCIREBON.COM – Desa Surakarta di Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, menyimpan sejarah panjang yang menarik dan sarat nilai spiritual.
Bukan sekadar nama wilayah, Surakarta memiliki kisah asal-usul yang berawal dari seorang bayi merah yang dihanyutkan di Kali Krian bersama sebuah keris pusaka bernama Brajadenta.
Bayi itu kelak tumbuh sebagai petapa sakti dan menjadi tokoh penting dalam perjalanan sejarah desa.
Kisah ini telah diceritakan turun-temurun, dan menjadi salah satu budaya pitutur yang masih hidup hingga kini.
BACA JUGA:Sejarah Hotel Ribberink Cirebon: Hotel Mewah Era Kolonial Kini Jadi Lahan Parkir
BACA JUGA:Kebun Sayur di Lereng Curam Milik PTPN Akan Dirubah Pemprov Jabar Jadi Kebun Teh
Berikut adalah alur lengkap sejarah Desa Surakarta, versi yang telah disarikan dari berbagai sumber tutur lokal.
Awal Kisah: Peti Misterius Mengapung di Kali Krian
Suatu hari, Ki Mendra seorang abdi yang turut membantu pembangunan tembok Kuta Keraton Pakungwati memutuskan beristirahat di pinggir Kali Krian. Lelah seharian bekerja, ia menikmati hembusan angin sore yang tenang.
Namun ketenangannya terusik ketika melihat sebuah benda terapung perlahan mendekati tepi sungai. Bentuknya menyerupai peti kayu kecil. Ki Mendra yang penasaran segera memanggil rekan-rekannya untuk membantu mengangkat peti itu ke daratan.
BACA JUGA:4 Tempat Wisata Sejarah untuk Edukasi di Kuningan yang Paling Populer!
BACA JUGA:Itel A100C: HP Sejutaan Rasa Flagship, Desain Premium dengan Fitur Tangguh Tahan Banting
Betapa terkejutnya mereka ketika membukanya. Di dalam peti terdapat kendaga (tempat penyimpanan) yang berisi bayi laki-laki yang masih merah.
Di samping sang bayi terselip Keris Brajadenta, pusaka dengan sinar putih khas, serta secarik kertas bertuliskan nama Raden Johar Syarif Hidayatullah.
Tanpa ragu, Ki Mendra memutuskan mengasuh bayi tersebut layaknya anak kandungnya sendiri. Bayi itu kemudian diberi nama Raden Johar.