Aktivitas kawah, lanjutnya, juga berubah mengikuti musim. Saat kemarau, kawah hanya mengeluarkan gas.
Namun saat musim hujan, air yang masuk ke lubang terdorong gas dari bawah sehingga tampak seperti semburan.
Sementara itu, Kepala Desa Cipanas, Maman Sudirman, membenarkan bahwa kawah tersebut telah ada sejak era 1960-an dan pernah dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.
“Dulu gasnya dipakai untuk menetralisir kapur. Tapi setelah pabrik berhenti, kawah ini tidak pernah ditangani lagi,” jelasnya.
Ia juga memastikan bahwa gas tersebut bukan jenis gas yang mudah terbakar. “Kalau terkena api justru mati,” katanya.
Maman mengungkapkan, kawah gas Cipanas sempat viral dan menjadi perhatian nasional pada 2021–2022. Namun hingga kini, belum ada tindak lanjut penanganan yang signifikan.
“Padahal dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat,” pungkasnya.