Sub Terminal Rajagaluh ”Mati”

Kamis 07-07-2011,06:00 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Tak Ada Angkutan Umum yang Masuk  RAJAGALUH – Di tengah upaya percepatan pembangunan dan penataan infrastruktur transportasi di Majalengka, kondisi berbanding terbalik justru terjadi di sejumlah terminal dan sub terminal. Seperti halnya Sub Terminal Rajagaluh yang tak berfungsi. Padahal untuk membangun fasilitas itu, butuh dana rakyat bernilai ratusan juta rupiah, bahkan mungkin lebih. Data yang dihimpun Radar, Sub Terminal Rajagaluh dibangun sebagai fasilitas pemberhentian dan pemberangkatan angkutan umum jenis elf, jurusan Rajagaluh-Cirebon dan Rajagaluh-Kadipaten. Motivasi lainnya adalah untuk mengurangi kemacetan arus lalu lintas di jalur tersebut yang memang cukup padat. Namun faktanya, saat ini tidak ada aktivitas berarti. Menyikapi kondisi itu, Kepala Terminal Rajagaluh, Suwandi mengatakan, pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memfungsikan keberadaan sub terminal sesuai dengan tujuan awal pembangunan. Namun, pihaknya kesulitan mengingat para pengemudi elf menolak memanfaatkannya dengan alasan sepi, lantaran banyak penumpang yang enggan naik karena terlalu jauh dari akses pasar. “Sebenarnya kami sudah berusaha, namun sulit, sebab kebanyakan pengemudi enggan menempati sub terminal,” ujar dia kepada Radar. Sementara itu untukn aktivitas di Terminal Utama Rajagaluh masih cukup baik. Saat disingung mengenai target retribusi Terminal Rajagaluh  tahun 2011 yang mencapai Rp 117 juta, Suwandi mengaku masih sanggup menutupinya, meskipun cukup sulit, pasalnya saat ini jumlah kendaraan angkutan umum yang beroperasi mulai berkurang, akibat banyaknya sepeda motor dan fasilitas telepon. Kondisi itu diakui Maman, awak angkutan elf yang melayani rute Rajagaluh-Cirebon. Menurut dia, lokasi sub terminal kurang strategis serta terlalu jauh dari akses pasar dan terminal utama. Sehingga banyak penumpang yang keluar dari pasar, terutama yang membawa barang banyak  enggan masuk ke sub terminal karena harus terlebih dulu menggunakan becak atau jasa angkutan lainnya. “Pada awal pembukaan kami sudah mencoba, tapi ternyata sepi karena banyak penumpang yang enggan naik dari sub terminal. Apalagi saat ini jumlah penumpang semakin berkurang akibat banyaknya kendaraan roda dua dan fasilitas handphone,” ujar dia kepada Radar, kemarin (6/7). Nani, warga Sumberjaya mengatakan, sebagai pedagang kelontongan kurang setuju bila terminal elf dialihkan ke Sub Terminal Rajagaluh, pasalnya harus mengeluarkan uang tambahan lagi untuk membayar ongkos becak. ”Saya pikir lebih baik seperti ini. Sebab para penumpang yang keluar dari pasar bisa langsung naik mobil tanpa harus berjalan ke sub terminal yang jaraknya lumayan jauh,” kata dia. (pai)

Tags :
Kategori :

Terkait