Kacau tanpa El Pistolero

Sabtu 28-06-2014,12:48 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

RIO DE JANEIRO - Bagaimana membayangkan Uruguay tampil tanpa Luis Suarez? Sederet fakta berikut ini mungkin bisa membantu. El Pistolero -julukan Suarez- adalah top scorer sepanjang masa La Celeste (40 gol); pencetak gol terbanyak kualifikasi Piala Dunia 2014 zona CONMEBOL (11 gol); dan pemain terbaik Copa America 2011 saat Uruguay menjuarainya. Kalau itu belum cukup, bukti paling mutakhir ketergantungan Uruguay pada pemain 27 tahun itu adalah ketika mereka berhadapan dengan Kosta Rika di laga pertama fase grup. Tanpa Suarez, juara dunia dua kali itu keok 1-3. Tapi, begitu tampil untuk kali pertama kala Uruguay menundukkan Inggris 2-1 di duel kedua, El Pistolero langsung memborong kedua gol yang akhirnya membuka jalan menuju babak 16 besar itu. Tiket ke fase gugur tersebut akhirnya diperoleh La Celeste setelah menundukkan Italia 1-0. Tapi, di laga melawan Italia itu pula, sisi gelap yang mendampingi kejeniusan Suarez kembali muncul. Dia menggigit Georgio Chiellini di pundak dan berbuntut sanksi dari FIFA berupa skorsing sembilan pertandingan bersama Uruguay dan larangan beraktivitas di lapangan hijau selama empat bulan. Jadilah Uruguay harus menghadapi Kolombia di laga 16 besar dini hari nanti WIB di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, tanpa \"pistol\" andalan mereka tersebut. Sebuah tugas yang sungguh tidak gampang mengingat, sekali lagi, betapa bergantungnya La Celeste kepada El Pistolero. Memang, Uruguay masih memiliki dua penyerang bernama besar, Edinson Cavani dan Diego Forlan. Namun, Forlan sudah sepuh, masa emasnya telah lewat, dan kini hanya bermain di Liga Jepang bersama Cerezo Osaka. Selama berduet dengan Suarez, Cavani juga lebih banyak bermain ke dalam untuk mengganggu playmaker lawan. Jadi, bagaimana pelatih Uruguay Oscar Washington Tabarez menyiasati ketiadaan Suarez tersebut? Yang jelas, saat melawan Kosta Rika, Tabarez memakai format 4-4-1-1 dengan Forlan di ujung serangan. Tapi, formasi itu gagal total. Mereka lantas berganti 3-5-2 yang menghasilkan kemenangan atas Inggris dan Italia. Namun, formasi itu berlaku jika ada Suarez. Pilihan logis Tabarez pun akhirnya jatuh ke pola 4-3-1-2. \"Jika pemain terkena sanksi, pemain lain akan bermain. Kami sudah bermain di banyak laga tanpa Suarez. Terkadang kami menang, terkadang kami kalah,\" katanya seperti dikutip AFP. Situasi yang tak stabil di kubu Uruguay tersebut sangat berbeda dengan Kolombia. Sebelum Piala Dunia digelar, cedera sang superstar, Radamel Falcao, sempat diperkirakan akan mereduksi kekuatan Los Cafeteros. Tapi, dalam tiga laga fase grup terlihat, pasukan Jose Pekerman itu ternyata tetap bisa tampil sangat stabil, bahkan bablas menjadi juara grup. Peran sentral Falcao digantikan bintang Monaco James Rodriguez. Dia membukukan tiga gol plus dua assist sepanjang fase grup. Total Kolombia membukukan 9 gol dan hanya kebobolan dua kali. \"Semua orang tahu, kami berada di Piala Dunia karena Falcao. Tapi, para pemain bereaksi sangat positif. Ini membuktikan bahwa para pemain memiliki karakter kuat,\" kata Pekerman, seperti dikutip Evening Standard. Bek veteran sekaligus kapten Kolombia Mario Yepes juga tak mau jemawa meski peluang timnya terbuka lebar dengan absennya Suarez. \"Kami hanya memikirkan peran kami. Laga tetap bakal ketat dan sulit. Kami sempat melihat bagaimana Uruguay bermain selama Piala Dunia dan mereka cukup bagus,\" kata pemain yang merumput di Serie A bersama Atalanta itu. (aga/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait