Tunggu Bukti Kabinet Kerja

Senin 27-10-2014,09:15 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Arbi Sanit: Kabinet Jokowi Tak Memberi Harapan Perubahan JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menepati janjinya untuk memperkenalkan jajaran kabinetnya, kemarin (26/10). Perkenalan kabinet tersebut dilakukan di halaman belakang Istana Merdeka. Didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla beserta istri, Mufidah Kalla, keempatnya tampil senada, mengenakan baju putih dan bawahan berwarna gelap. Prosesi perkenalan jajaran kabinet tersebut diawali oleh pidato singkat Jokowi. Dia mengungkapkan bahwa pembentukan kabinet yang diberi nama kabinet kerja tersebut memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebab, pihaknya menginginkan jajaran kabinet yang benar-benar bersih dari korupsi. “Oleh Undang-Undang (UU) kita diberi waktu 14 hari untuk menyusun kabinet ini. Anggota kabinet kerja ini saya umumkan di hari keenam setelah pelantikan (presiden). Memang proses penetapan saya lakukan dengan hati-hati dan cermat. Dan kita dapatkan orang-orang terpilih, orang-orang bersih sehingga konsultasi ke KPK, PPATK karena kita ingin akurat,” papar Jokowi dalam pidatonya. Jokowi pun meyakini, jajaran kabinetnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas terbaik di bidangnya masing-masing. Dia menegaskan di samping memastikan para pembantunya memiliki rekam jejak bersih, kapasitasnya juga diperhitungkan. “Yang kita pilih selain kemampuan di bidang operasional, leadership dan juga manajerial,” ujarnya. Kemudian, Jokowi pun memperkenalkan para pembantunya satu persatu. “34 menteri yang akan saya perkenalkan satu persatu,” katanya. Prosesi perkenalan tersebut cukup menarik. Para menteri tersebut berkumpul di dalam Istana Merdeka. Mereka keluar satu persatu, saat namanya dipanggil Jokowi. Mereka pun kompak mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung, dipadu celana berwarna gelap. Jokowi pun memperkenalkan para menterinya dengan menyebutkan profil singkat masing-masing pembantunya tersebut. Nama-nama yang menduduki posisi menteri dalam jajaran Kabinet Kerja tidak jauh berbeda dengan bocoran daftar calon menteri yang beredar di kalangan wartawan. Menteri pertama yang dipanggil adalah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang tidak lain adalah Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM). Tampak Praktikno keluar dari balik salah satu pintu Istana Merdeka bagian belakang. “Lari Pak,” kata Jokowi. Pratikno pun berlari. “Beliau ini Guru Besar Ilmu Politik dan Pemerintahan. Anak desa yang juga sama dengan saya, anak desa masuk kota. Sekarang anak desa masuk Jakarta,” ujar Jokowi saat memperkenalkan Pratikno. Berikutnya giliran Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago. Dia pun berlari seperti halnya Pratikno. “Beliau ini ahli kebijakan publik dan anggaran. Juga menulis buku “Gagalnya Pembangunan”, jadi saya ajak beliau supaya pembangunan kita nggak gagal,” kata Jokowi. Yang ketiga adalah Menko Kemaritiman Indroyono Susilo. “Doktor kaya pengalaman bidang kelautan. Terakhir direktur FAO untuk budi daya laut. Saya minta beliau untuk kawal potensi kelautan,” kata Presiden 53 tahun itu. Selanjutnya yang diperkenalkan, Menhub yang tidak lain adalah mantan Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan. “Kita tahu semuanya, beliau Dirut PT KAI. Beliau ini sering tidak pernah pulang, sering tidur di kereta api,” paparnya. Setelah Jonan, Jokowi memperkenalkan menteri perempuan pertama dalam jajaran kabinetnya. Yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti. Mengikuti rekan-rekan sebelumnya, bos Susi Air itu pun berlari. Namun, Jokowi justru meminta yang bersangkutan tidak usah berlari. “Nggak usah lari-lari Bu. Beliau ini wirausaha, pekerja keras, mulai dari nol, banyak melakukan terobosan dan berhasil dalam jasa perhubungan. Saya yakin beliau akan banyak melakukan terobosan,” paparnya. Kemudian, Jokowi memperkenalkan Menteri Pariwisata Arif Yahya. Jokowi mengungkapkan Arif adalah Mantan Dirut PT Telkom. Dia juga memuji yang bersangkutan cukup ahli dalam bidang pemasaran. “Beliau menerima penghargaan Marketer of The Year 2013. Hati-hati dengan Arif Yahya karena anda pun bisa dipromosikan,” canda Jokowi. Setelah Arief, berturut-turut Jokowi memperkenalkan Menteri ESDM Sudirman Said yang merupakan manajer bisnis yang handal, sekaligus aktivis anti korupsi yang menjabat sebagai direktur eksekutif Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). Kemudian, Menkopolhukam adalah Tedjo Edy Pudjiatno. Yang bersangkutan adalah Mantan KSAL dan juga politikus partai Nasdem. Nama Tedjo, tidak diprediksi sebelumnya. Justru nama Wiranto yang sebelumnya santer dikabarkan menduduki posisi Menkpolhukam. Lalu, posisi Mendagri dijabat Politikus PDIP Tjahjo Kumolo. Kemudian posisi Menlu diduduki seorang diplomat karir, yakni Mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, Retno Priansari Marsudi. Jokowi menyebutkan bahwa yang bersangkutan adalah Menlu perempuan pertama dalam sejarah Indonesia. Di posisi Menhan, ada nama Ryamizard Ryacudu yang memang sudah digadang-gadang sebelumnya. Sementara posisi Menkum dan HAM dijabat oleh Politikus PDIP Yasona Laoly. Sedangkan Menkominfo akhirnya dijabat oleh Rudiantara. Posisi Menpan-RB diisi politikus Hanura Yuddy Chrisnandi. Dari bidang perekonomian, ada nama Sofyan Djalil yang dipercaya menduduki jabatan Menko Perekonomian. Di bawah Sofyan, adalah nama-nama yang memang telah diprediksi, yakni Menkeu Bambang Brodjonegoro, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Koperasi dan UKM Puspa Yoga, Menperin Saleh Husein, Mendag Rahmat Gobel, Mentan Amran Sulaiman, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadi Muljono, Menhut dan LH Siti Nurbaya, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang Fery Mursyidan Baldan.Kemudian, Jokowi memperkenalkan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Dia menyebut Puan sebagai seorang politikus yang kaya pengalaman. “Puan adalah politisi kaya pengalaman, panglima politik dalam pemilu 2014,” uji Jokowi. Di bawah Puan, ada nama Lukman Hakim yang kembali menjabat sebagai Menag, Menkes Nila F Moeloek, Mensos Khofifah Indar Parawangsa, Menteri PPA (Perempuan dan Perlindungan Anak) Yohanna Yembise, Mendikdasmenbud Anies Baswedan, Menristek dan Pendidikan Tinggi M Nasir, Menpora Imam Nachrowi dan Menteri PDT dan Transmigrasi Marwan Ja’far. “Saya kira semuanya sudah saya sampaikan. Nanti ada foto bersama setelah pelantikan. Ini baru pengenalan,” tutup Jokowi. Usai prosesi pelantikan Jokowi pun meninggalkan lokasi. Acara perkenalan Kabinet Kerja tersebut sempat molor satu jam dari jadwal. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, Jokowi didamping JK tampak berjalan berdampingan. Namun, mereka tidak menuju lokasi acara, melainkan mendatangi kompleks wisma negara. Berdasarkan informasi yang beredar, Jokowi dan JK bertemu dengan para Ketua Umum Parpol dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Kabarnya, masih ada nama menteri yang diperdebatkan. Usai nama-nama menteri dibacakan oleh Jokowi, para menteri pun langsung bersalaman satu dengan yang lain. Terlihat rona wajah kegembiraan dari calon pembantu presiden yang saat itu kompak mengenakan pakaian kemeja putih dipadu dan celana kain hitam. Setelah itu, satu per satu menteri pun melayani permintaan wawan­cara dari awak media. Salah satunya adalah putri Megawati Soekarno Putri, yakni Puan Maharani. Puan dipercaya Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Itu merupakan kementerian baru di kabinet Jokowi-JK. Dalam keterangannya, Puan menjelaskan meskipun berlatar belakang anak mantan presiden, dia tidak diistimewakan. Sama seperti yang lain, semuanya lewat penjaringan dan seleksi ketat Jokowi-JK. Dia menyebutkan, proses seleksi itu diawali dari pengusulan nama dari ketua umum partai. Selanjutnya adalah proses seleksi di KPK dan PPATK. Setelah itu baru diumumkan. “Jadi saya ini bukan titipan,” ujarnya. Puan mengatakan, Jokowi-JK sangat selektif dalam memilih menteri. Salah satu pertimba­ngannya adalah prestasi dan rekam jejak. Puan mengatakan salah satu prestasi yang bisa dibanggakan darinya adalah turut me­ngantarkan Jokowi men­jadi Presiden. “Saya juga turut andil mengantarkan Pak Jokowi menjadi presiden,” jelasnya. Lebih lanjut ketika ditanya mengenaik program apa yang menjadi prioritas yang akan dijalankan, Perempuan yang kini masih aktif menjabat ketua fraksi PDIP itu mengaku secepatnya akan dibahas. “Nanti tunggu arahan Pak Presiden saat rapat kabinet,” ujarnya. Selain Puan, Jokowi dalam kabinet kerja juga menunjuk Khofifah Indar Parawansyah. Perempuan berusia 49 tahun itu didapuk sebagai menteri sosial. Ada rasa haru ketika Jawa Pos mewawancarai mantan menteri peranan perempuan di era Gus Dur itu. Bahkan dia sempat meneteskan air mata. Ketika ditanya mengapa menangis, Khofifah mengaku menangis bukan lantaran sedih. Menurut dia menjabat sebagai menteri merupakan tanggung jawab besar. “Ini mewakili seluruh indonesia. Jadi tanggung-jawabnya besar,” ujarnya sambil menghapus air mata. Saking terharunya, Khofifah tidak bisa berkomentar banyak. Dia berjanji akan menjabarkan apa yang akan dia lakukan setelah sidang kabinet pertama. “Besok (hari ini) semuanya akan saya jabarkan,” ucapnya. Selain itu, kabinet Jokowi juga diisi oleh nama-nama baru. Seperti Anies Baswedan. Rona kegembiraan terlihat di wajah rektor Universitas Paramadina itu ketika melayani pertanyaan wartawan. Oleh Jokowi, dia ditunjuk sebagai menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar (Dikdas). Dalam keterangannya Anies mengatakan bahwa dia berjanji akan memajukan pendidikan khu­susnya pendidikan dasar. Na­mun, dia belum tahu apa pro­gram yang akan dilakukan. “Tung­gu pelantikan saja,” ujarnya. Akademisi ini terkenal dengan program Indonesia mengajar. Yakni menyebar mahasiswa berprestasi untuk mengajar sampai ke pelosok Indonesia. Tujuannya agar semua warga bisa merasakan pendidikan. Ketika ditanya apakah program seperti Indonesia Mengajar akan terus dikembangkan, dia membenarkan. Namun, menurut Anies, program itu merupa­kan rintisanentitas masyarakat. “Biarlah masyarakat yang mengerjakan. Kita akan dorong,” ucapnya. Namun, ada juga nama lama yang kembali dijadikan menteri. Yaitu Lukman Hakim Syaifuddin. Dia kembali dipercaya melanjutkan kerjanya sebagai Menteri Agama. Dalam keterangannya Lukman mengatakan bahwa dia akan bekerja keras di kabinet kerja ini. Lukman pun berjani akan mengutamakan jabatan sebagai menteri ketimbang jabatan di PPP. “Bagaimanapun saya adalah representasi PPP. Namun Jelas saya akan lebih banyak bekerja di Kementerian. Saya akan utamakan kerja sebagai Menteri Agama,” paparnya. Pada bagian lain, sebelum mengumumkan Kabinet Kerja, Jokowi sempat bertemu dengan Pimpinan DPR. Pertemuan itu membahas nomenklatur kementerian baru yang diajukan oleh Presiden ke tujuh itu beberapa hari yang lalu. Pertemuan itu digelar di Istana Negara pada pukul 14.00. Tampak beberapa pimpinan DPR menghadiri acara tersebut. Seperti Ketua DPR Setya Novanto, Wakil ketua DPR Fadli Zon, “Taufik Kurniawan dan Agus Hermanto. Mereka datang dengan mengenakan baju batik. Sedangkan Jokowi dan Jusuf Kalla tampak kompak dengan kemeja putih dan celana hitam. Pertemuan itu berlangsung selama 40 menit. Setelah itu mereka menggelar jumpa pers. Dalam keterangannya meng­apresiasi respon cepat dari DPR terkait nomenklatur Kementerian yang diajukan. “Kami apresiasi sekali langkah DPR yang bekerja cepat. Ini sangat membantu kami dalam mengumumkan kabinet,” jelasnya. Menurut Jokowi, dalam pertimbangannya DPR sepakat dengan pemerintah. Yakni terkait Kementerian yang dipecah maupun yang digabung. “Kini semuanya sudah jelas,” ujarnya. Sementara itu, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan bahwa penggabungan dan pemisahan kementerian merupakan hak prerogatif presiden. Menurut dia, presiden bisa melakukan penyusunan dan penggabungan kementerian negara. “Itu sesuai dengan UUD 1945 pasal 17 ayat 4,” jelasnya. Menurut dia, inti dari pertim­bangan DPR yaitu peng­gabungan dan pemisahan Kementerian perlu memperhitungkan aspek biaya berdasarkan money follow function. Selain itu pertimbangan yang lain yakni aspek program berdasarkan action follow policy. Serta aspek afisinsi dan efek­tifi­tas, ca­kupan tugas dan pro­por­sionalitas beban tugas, ke­sinam­bungan, keserasian dan keter­­paduan pelaksanaan tu­gas, ser­ta im­plikasi anggaran 2014. Lebih lanjut, Setya mengatakan dengan terbentuknya Kementerian baru itu, maka DPR juga akan menyesuaikan pembagian tugas-tugas komisi. “Akan kami sesuaikan sebagai fungsi chek and balances,” jelasnya. Tidak Memberi Harapan Perubahan Sementara itu, susunan kabinet yang baru saja diumumkan Presiden Joko Widodo di pekarangan Istana Merdeka dinilai sama sekali tidak memberi harapan akan adanya perubahan. Sebab dengan susunan kabinet seperti itu artinya mampu mempertahankan apa yang sudah dicapai mantan Presiden SBY saja sudah baik. ”Melihat komposisi kabinet yang diumumkan Jokowi, rasanya saya sarankan kepada masyarakat untuk tidak terlalu banyak berharap akan adanya perubahan. Sebab bisa mempertahankan stabilitas politik, sosial, eknomi, dan keamanan saja seperti yang sudah diraih SBY selama 10 tahun pemerintahannya sudah menjadi prestasi besar untuk pemerintahan saat ini,” terang pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit di Jakarta, Minggu (26/10). Arbi mengaku sudah menga­takan di berbagai forum diskusi bahwa pasangan Joko­wi-JK akan menang, namun dirinya juga berkali-kali me­negaskan bahwa tidak ada jaminan pemerintahan mereka akan menjadi baik. De­ngan pengumuman nama-nama personil kabinet, maka apa yang sudah kerap dikatakan­nya dimana-mana bahwa peme­rintahan Jokowi-JK ini tidak akan becus, menjadi terbukti. ”Di mana-mana saya kasih ceramah sebelum pilpes, Jokowi-JK akan menang. Saya sendiri tidak punya harapan pada kedua orang ini sejak awal, makanya saya tidak memilih (dalam pileg lalu). Saya tidak pernah mengatakan bahwa pemerintahan akan berjalan baik. Saya sudah gambarkan pemerintahan ini tidak akan becus mengurus negara. Nah, dengan pengumuman nama-nama anggota kabinet ini, menjadi terbukti ucapan saya itu,” papar Arbi. Susunan kabinet ini, menurut Arbi menunjukkan bahwa kepemimpinan Jokowi jauh lebih lemah dari pemerintahan SBY. Dengan komposisi ini ditambah dengan fakta perolehan suara Jokowi yang jauh dibawah suara yang diraih SBY pada Pemilu 2009 lalu, maka pemerintahan Jokowi akan sangat rentan menghadapi berbagai masalah. ”Ini petunjuk, bahwa kepemimpinan Jokowi jauh lebih lemah dari SBY. Banyak nama yang tidak kompeten dan tidak pas ditempatkan di kabinet, yang justru akan merepotkan. Belum lagi fakta bahwa Jokowi hanya menang tipis dalam pilpres, selain itu ada KMP (Koalisi Merah Putih) yang siap menghadang. Artinya Pemerintahan ini akan sangat berat menjalankan tugas-tugasnya,” tutur Arbi. Menurutnya, susuna kabinet Jokowi ini masih terlalu banyak meng­akomodir orang-orang parpol yang tidak pernah terbuk­ti memiliki integritas, kapa­bilitas dan profesionalitas. De­ngan susunan kabinet yang terla­lu banyak diisi orang-orang parpol, maka dirinya pun yakin ke­percayaan masyarakat terha­dap Jokowi saat ini sudah merosot. ”Susunan kabinet jelas menunjukkan sekali unsur nepotisme dan tidak terlihat profesional. Masyarakat kehilangan kepercayaan pada pernyataan-pernyataan dan janji-janji Jokowi sebelumnya. Saya yakin kalau disurvei lagi saat ini, tingkat elaktabilitas Jokowi sudah turun dan jika Pemiu dilakukan sekarang, saya yakin dia kalah,” tegasnya. Dia menambahkan, Jokowi seharusnya tidak terlalu banyak menampung elite-elite parpol pendukungnya yang nyata-nyata telah gagal di DPR dalam memenangkan kepentingan pemerintahan saat ini, seperti dalam proses pemilihan pimpinan DPR dan MPR. ”Orang-orang yang telah gagal di DPR seperti Puan Maharai, Tjahjo Kumolo, Marwan Djafar, Hanif Dhakiri yang mewakili KIH (Koalisi Indonesia Hebat) di DPR akan menjadi beban bagi pemerintahan Jokowi kedepan,” tukasnya. Bukan hanya itu, lanjut Arbi, Jokowi yang hanya menang tipis dari Prabowo Subianto sudah menunjukkan tipisnya dukungan rakyat kepada Jokowi. Apalagi ditambah Jokowi malah mengambil elite-elite parpol dari DPR sebagai menteri yang akan menambah beban Jokowi. ”Di DPR saja mereka sudah gagal mengolkan kepentingan Jokowi dan pemerintahannya, masak sekarang justru mereka ditampung di pemerintahan. Mereka akan menjadi gandul atau beban pemerintahan,” terangnya. Dengan semua fakta ini, Arbi yakin bahwa para menteri itu justru menjadi orang pertama yang merontokkan legitimasi presiden. Lantas sebagai pemerintahan baru yang mengalami penurunan legitimasi akan sangat berbahaya. ”Jokowi tidak akan merasakan bulan madu politik karena di awal akan langsung terjadi krisis,” pungkas Arbi. (ken/aph)

Tags :
Kategori :

Terkait