Tahlil dan Tahmid Berkumandang hingga Matahari Terbenam

Senin 03-11-2014,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Menyaksikan Ritual Memperingati 10 Muharram Makam Kramat Sanga di Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, tiba-tiba diramaikan oleh ratusan warga. Laki-laki, perempuan, tua dan muda secara bergilir memadati tiap sisi komplek makam yang atapnya masih berupa cor-coran semen dengan tiang baja dan separuh tembok bata. MOHAMAD JUNAEDI, Astanajapura DARI mulut mereka terucap tahlil dan tahmid bak paduan suara yang terdengar seiring seirama. Sore itu, alunan tahlil menjadi kumandang pengiring mentari berlari ke ufuk barat. Mereka sengaja datang untuk mengikuti prosesi tahlilmenjelang pergantian penanggalan kalender komariah. Ya, mulai petang kemarin (2/11) menurut kalender Islam sudah mulai masuk tanggal 10 Muharram. Dalam syariat Islam, pada tanggal tersebut banyak momentum terjadi dan tercatat dalam sejarah perkembangan islam dan para nabi. Misalnya, bebasnya Nabi Nuh dan ummatnya dari banjir besar, Nabi Ibrahim selamat dari apinya Namrudz, Nabi Musa selamat dari pasukan Fir\'aun saat menyeberangi Laut Merah dan banyak peristiwa lainnya. Dalam tradisi umat muslim di Indonesia, selain disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa, 10 muharram atau hari Asyura pun diyakini sebagai hari ”lebaran anak yatim”. Terlepas dari kontroversi dalil sohekhnya, berbagi angpau dengan anak yatim di hari tersebut, tidak ada salahnya. Kepercayaan dan keyakinan itulah yang membuat Moh Aan Anwarudin dan beberapa ulama setempat untuk mengumpulkan puluhan anak-anak yatim yang berasal dari Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, kemudian diberikan santuan berupa uang tunai. “Kami ingin berbagi dengan sesama, khususnya anak-anak yatim, itu intinya,” beber Aan. Aan dan kawan-kawan menjadi motor penggerak dalam mengumpulkan donasi kepada masyarakat secara door to door demi suksesnya acara tersebut. Rupiah demi rupiah, mereka kumpulkan, sehingga ritual sederhana ini berjalan mulus, sukses tanpa ekses. Gairah kegotongroyongan yang dibalut dengan semangat ukhuwah islamiyah ternyata direspon dengan baik oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintahan desa setempat. “Kami sangat mendukung upaya anak-anak muda ini, khususnya dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap anak yatim. Tentu ini positif, apalagi dibarengi dengan semangat melestarikan cagar budaya yang ada di desa berupa Makam Kramat Sanga,” ujar Ketua BPD Kanci Kulon, Kamir di sela-sela kegiatan. Setelah donasi dari masyarakat terkumpul, awalnya kegiatan tersebut akan dibarengi dengan khataman Al quran yang diikuti puluhan santri dari beberapa surau yang ada di desa tersebut. Namun, akibat minimnya anggaran, membuat panitia menunda sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. “Rencananya, kegiatan ini dibuat sebesar mungkin, ya mirip-mirip gebyar lah. Tapi, kami tunda dulu sampai dengan dananya tercukupi,” lanjut Aan. Momentum 10 Muharram ini, diharapkan bisa memberikan dampak yang cukup positif bagi masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan kepedulian terhadap sesama, yang sudah mulai terkikis. Kemudian, semangat untuk melakukan ziarah kubur pun senantiasa digalakkan, sebagai upaya manusia untuk melakukan evaluasi diri, bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan di alam baka yang menuntut manusia untuk berbekal diri dengan amal soleh agar terhindar dari siksa kubur. “Intisari dari kegiatan ini sebenarnya simple, kami ingin lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT,” pungkasnya. (jun)

Tags :
Kategori :

Terkait