Kenaikan BI Rate Diprediksi Sementara

Sabtu 22-11-2014,09:09 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

CIREBON - Pengumuman kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu membuat Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas, turut menaikkan BI rate (suku bunga) menjadi 7,75 persen dari 7,50 persen. Namun kondisi ini diprediksi hanya 3-4 bulan ke depan, setelah itu peluang BI rate turun sangat besar. “BBM naik otomatis inflasi juga naik, suku bunga juga dinaikkan untuk menekan inflasi. Mungkin 3-4 bulan sudah normal lagi,” ujar Kepala KPw BI Cirebon, Totok Hermiyanto. Soal suku bunga perbankan, Totok mengaku perbankan sudah jauh lebih siap mengantisipasi kenaikan BBM. Bahkan diyakini akan menggerakkan sektor-sektor perekonomian lebih nyata. Di Cirebon kondisi perbankan khususnya kredit masih positif bahkan secara keseluruhan naik 15 persen dibanding aset perbankan per September 2014 tercatat Rp30 triliun. “Perbankan masih bagus, kalau soal BI menaikkan BI rate itu sudah menjadi rumus pasti. Saat ekspektasi inflasi naik maka BI rate ikut naik. Naik turunnya bisa dilihat dari fakta-fakta yang terjadi selama 3-4 bulan ini,” akunya pada Radar, kemarin. Termasuk properti? Katanya properti justru menurun. Menurutnya ini menjadikan kredit lebih tinggi, sedangkan daya beli masyarakat menurun karena harga-harga naik. Namun perlu diingat lagi situasi ini memberikan efek beberapa bulan kedepan. Tahun 2015 pihaknya lebih optimis dengan kebijakan pemerintah didukung semua peran aparatur negara. Terpenting menghidari konflik dan membuat kekuatan baru agar perekonomian lebih baik. Lanjut  dtok sebenarnya selain suku bunga efek utama kenaikan BBM ialah pada angkutan dan komoditas pangan khususnya pasar tradisional. Namun diharapkan perubahan ini berjalan lebih smoothing (lembut) tidak drastis dirasakan masyarakat. Contohnya melihat pabrik rotan beberapa hari lalu pengusaha masih ekspor ke luar negeri, kurs yang bagus membuat mereka tersenyum. “Jadi soal suku bunga dan dampak perekonomian atas kenaikan harga BBM bisa dibilang sebagai shock therapy. Saat harga melambung orang berhenti membeli tapi melihat kebutuhan yang tidak bisa ditahan ya mau tidak mau, ini berlaku untuk semua sektor tidak hanya perekonomian,” ujarnya. Totok menambahkan, merangkaknya angka inflasi dan suku bunga sebenarnya sudah bisa dihitung untuk memperkirakan persentase kenaikannya. Kenaikan sebesar Rp1.000 akan memberi dampak kenaikan inflasi tambahan di Jabar sebesar 1,36 persen, kenaikan Rp2.000 dampak inflasi 2,47 persen dan kenaikan Rp3.000 dampaknya sebesar 4,10 persen. (tta)

Tags :
Kategori :

Terkait